Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Janji Stimulus Tak Kunjung Jelas, Wall Street Amblas 4 Persen

Pelaku pasar sangat menantikan detail stimulus yang dijanjikan pemerintahan Trump untuk menghadapi dampak ekonomi dari penyebaran virus corona.
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Amerika Serikat (AS) kembali tersungkur dengan pelemahan 4 persen setelah pelaku pasar harap-harap cemas dalam menunggu detail stimulus pemerintahan Donald J. Trump untuk mengantisipasi dampak ekonomi dari penyebaran virus corona.

Pada pembukaan perdagangan Rabu (11/3/2020), indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) langsung masuk ke zona merah dengan pelemahan masing-masing 1,96 persen dan 1,65 persen. Adapun Nasdaq Composite Index langsung dibuka dengan pelemahan 2,49 persen.

Hingga pukul 11.11 Waktu New York atau 23.11 WIB, ketiga indeks terkoreksi lebih dalam. Indeks S&P 500 turun 3,73 persen ke level 2.774 sedangkan DJIA  terkoreksi 4,13 persen ke level 23.985. Sementara itu, (CCMP) terpantau melemah 3,47 persen di level 8.054.

Kemarin Wall Street juga ditutup melemah setelah stimulus yang dijanjikan pemerintahan Trump tak kunjung terang. Stimulus itu memang menjadi perhatian banyak kalangan karena menjadi respons AS terhadap dampak ekonomi penyebaran virus corona.

Goldman Sach telah memangkas proyeksi untuk indeks S&P 500 dan menyebut tren kenaikan atau bullish akan segera berakhir. "Setiap hari kita dibolak-balik, dan apa yang kita lihat hari ini adalah kekecewaan umum bahwa kebijakan fiskal tidak semuanya jelas dalam kaitan bagaimana hal itu akan merangsang ekonomi," kata Michael Reynolds, Investment Strategy Officer Glenmede Trust Co seperti dikutip dari Bloomberg.

11 sektor dalam indeks S&P 500 telah terkoreksi 3 persen dan sektor energi tercatat mengalami penurunan hampir 5 persen. Indeks ini terjerembab 12 kali dalam 15 sesi dan hampir merosot hampir 18 persen sepanjang masa. 

Untuk diketahui, pemerintahan Trump terus menjanjikan stimulus 'besar' tetapi detailnya masih belum pasti. Partai Demokrat berencana mendesak presiden untuk mengumumkan darurat nasional. 

Pasar kini makin khawatir bahwa apapun yang terjadi tidak akan mampu untuk mencegah pukulan besar terhadap perekonomian AS.

Ahli strategi di Credit Agricole SA  Guillaume Tresca mengatakan meskipun peluang pemberian stimulus fiskal ada di mana-mana, risiko penurunan yang signifikan lebih terlihat. 

"Selama ketidakpastian masih ada pada jumlah kasus, dan tindakan bank sentral dan rencana stimulus fiskal tidak dicabut, kami melihat beberapa alasan untuk rebound yang berkepanjangan dan jangka panjang," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper