Bisnis.com, JAKARTA - Kendati harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tertekan akibat dampak virus corona (covid-19), sejumlah kalangan meyakini kinerja emiten tetap terjaga. Permintaan CPO yang cukup deras dari dalam negeri disebut menjadi penyelamat kinerja emiten.
Berdasarkan data Bloomberg, hari ini, Rabu (11/3/2020) harga CPO untuk kontrak April 2020 terpantau di level 2.345 ringgit per ton. Sementara itu, itu kontrak Mei 2020 dan Juni 2020 masing-masing mencapai 2.332 ringgit per ton dan 2.326 ringgit per ton.
Sekretaris Perusahaan PT Dharma Satya Nusantara Tbk. Paulina Suryanti mengakui industri sawit telah terimbas dampak turunan dari penyebaran virus corona. Harga CPO global pun ikut melandai setelah virus merebak.
“Virus ini telah mempengaruhi harga karena turunnya permintaan dari negara yang terdampak. Namun, kami menjual CPO ke pasar lokal tidak ada yang diekspor,” katanya kepada Bisnis pada Rabu (11/3/2020).
Namun, kinerja emiten bersandi saham DSNG itu tetap terjaga karena permintaan dari dalam negeri stabil. Tahun lalu, DSNG mencatatkan volume penjualan sebesar 666.000 ton, naik 25 persen secara tahunan.
Direktur Utama Dharma Satya Nusantara Andrianto Oetomo sebelumnya mengatakan kenaikan penjualan ditopang oleh tambahan produksi CPO dari dua pabrik kelapa sawit (PKS) yang baru diakuisisi. Kontribusi dua pabrik tersebut mencapai kisaran 95.000 ton atau 16 persen dari total produksi CPO DSNG.
Baca Juga
Di lain pihak, kalangan analis menilai pasar domestik dan pasar India akan menjadi penopang kinerja emiten perkebunan pada kuartal I/2020.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan pasar domestik dan India bisa menjadi andalan emiten di tengah tren penurunan harga CPO.
Nafan meyakini kinerja emiten sawit tidak akan terlalu buruk dalam tiga bulan pertama 2020, terutama PT Perkebunan London Sumatra Tbk. (LSIP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI).
“Memang untuk saat ini pasar China masih belum terbuka karena virus corona. Namun, kebijakan pembatasan Uni Eropa belum efektif, lalu masih ada India dan serapan biodiesel domestik,” katanya kepada Bisnis pada Rabu (11/3).