Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan nilai tukar yen Jepang yang tanpa henti, menuju level psikologis 100 terhadap dolar AS, menambah tekanan pada Bank Sentral Jepang (BoJ) untuk memangkas suku bunga.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar yen terpantau melonjak 3,03 poin atau 2,88 persen ke level 102,32 yen per dolar AS pada perdagangan Senin (9/3/2020) pukul 14.14 WIB, menuju apresiasi hari ketiga berturut-turut.
Sebaliknya, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, melanjutkan pelemahannya untuk hari ketiga.
Sepanjang perdagangan, nilai tukar yen bergerak di level 101,53 – 104,67 per dolar AS. Sebagai aset investasi aman (safe haven), daya tarik yen Jepang semakin menanjak di tengah anjloknya harga minyak mentah dan meluasnya wabah penyakit virus corona (Covid-19).
Sejumlah analis pun berpikir pemerintah Jepang tidak akan berpangku tangan setelah nilai tukar yen menyentuh kisaran level terkuatnya sejak 2016 pada perdagangan hari ini.
“Penguatan yen terhadap dolar AS di bawah level 100 adalah satu hal yang harus diperhatikan untuk BoJ bertindak,” ujar Takenobu Nakashima, senior rates strategist di Nomura Securities Co.
“Dalam hal koordinasi global, apakah Bank Sentral Eropa memutuskan akan lebih lanjut memangkas tingkat negatifnya pekan ini akan menjadi poin penting untuk keputusan BoJ,” tambahnya, dilansir dari Bloomberg.
Seorang pejabat Departemen Keuangan Jepang pada Senin (9/3) mengatakan pada Senin bahwa pemerintah akan memantau pasar dengan sifat urgensi.
BoJ dijadwalkan akan mengadakan pertemuan kebijakan pekan depan, tepat setelah bank sentral AS Federal Reserve yang diantisipasi luas akan memangkas suku bunga untuk kedua kalinya bulan ini. Investor juga akan mencermati pertemuan kebijakan terjadwal Bank Sentral Eropa pekan ini.
“Di bawah kondisi saat ini dimana pasar mata uang cukup mengikuti arah kebijakan moneter, lebih baik untuk bertindak daripada tidak bertindak untuk membantu menahan tekanan pada yen,” ujar Noriatsu Tanji, chief bond strategist di Mizuho Securities Co.
Terakhir kali yen diperdagangkan di bawah level 100 terhadap dolar AS adalah Agustus 2016, beberapa bulan setelah BoJ memperkenalkan kebijakan suku bunga negatif.
Kedua mata uang utama ini mulai perlahan naik kembali di atas level tersebut setelah BoJ mengadopsi kontrol kurva imbal hasilnya pada bulan September tahun itu serta memperkuat komitmennya untuk mempertahankan suku bunga rendah.
Mayoritas ekonom memperkirakan BoJ akan meningkatkan stimulus dalam pertemuan kebijakan bulan ini sembari mempertahankan suku bunga negatifnya, menurut survei Bloomberg.
Meski demikian, pedagang pastinya akan mencermati segala intervensi verbal dan kemungkinan penurunan suku bunga.
Di sisi lain, tetap ada keraguan tentang efektivitas penurunan suku bunga negatif oleh BoJ sebesar 10 basis poin, yang kemungkinan akan menjadi opsi jika suku bunga akan dipangkas.
“Pemotongan suku bunga oleh BOJ tidak hanya tidak efektif terhadap penyebaran virus corona tetapi juga berisiko memicu keresahan pasar seperti halnya penurunan darurat suku bunga AS [pekan lalu],” terang Naomi Muguruma, ekonom pasar senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.
“Jika BOJ tidak percaya diri tentang menghentikan apresiasi yen, tindakan yang tak terencana dapat menarik penguatan yen lebih jauh,” sambungnya.