Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan PT Sampoerna Agro Tbk. berhasil menghimpun dana segar sebesar Rp600 miliar melalui penerbitan obligasi dan sukuk ijarah. Selama masa penawaran, perseroan mencatat kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 1,5 kali.
Head Investor Relations Sampoerna Agro Michael Kesuma mengatakan aksi penggalangan dana perseroan telah rampung. SGRO, lanjutnya, sudah mengantongi dana segar Rp600 miliar melalui penerbitan obligasi dan sukuk ijarah.
Michael mengatakan, jumlah obligasi yang diterbitkan perseroan mencapai Rp300 miliar, terdiri dari dua seri. “Obligasi kami kelebihan permintaan pada puncaknya mencapai 1,5 kali,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (4/3/2020).
Dua seri obligasi yang diterbitkan masing-masing seri A sebesar Rp208 miliar dengan kupon bunga 9,35 persen bertenor selama 3 tahun. Adapun seri B diterbitkan sebesar Rp91,50 miliar dengan kupon 9,35 persen bertenor 5 tahun.
Michael menjabarkan, sekitar 65 persen dari dana obligasi akan dipakai untuk melunasi lebih awal sebagian pokok utang bank. Sisanya 35 persen dipakai untuk membiayai kebutuhan modal kerja Perseroan.
Sementara itu, emiten bersandi saham SGRO itu menerbitkan sukuk ijarah dalam dua seri senilai Rp300 miliar. Sukuk seri A diterbitkan sejumlah Rp175 miliar dengan imbal hasil setara 9,35 persen bertenor tiga tahun. Adapun seri B dirilis sejumlah Rp125 miliar dengan imbal hasil 10,08 persen bertenor lima tahun. Dana yang diperoleh dari sukuk ijarah akan digunakan untuk seluruhnya untuk melunasi sisa pokok pinjaman bank.
Di sisi lain, SGRO menilai penyebaran virus corona telah mempengaruhi harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Harga CPO kini telah bergerak ke level 2.377 ringgit per ton dari 3.000 ringgit per ton di awal tahun. “Itu faktor eksternal, tapi sejauh ini operasional kami masih sesuai dengan target,” katanya.