Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang jeblok membuat investor beralih ke instrumen yang memiliki risiko lebih rendah, semisal aset safe haven seperti emas.
Pada pergadagangan hari ini, Kamis (27/2/2020), IHSG ditutup melemah 2,69 persen ke leval 5.535,69. Dalam tahun berjalan, IHSG sudah terkoreksi 12,13 persen dan secara tahunan melemah 15,31 persen.
Sementara itu, harga emas Comex untuk kontrak April 2020 menguat 6,1 poin atau 0,37 persen ke level US$1.649,20 per troy ounce pada pukul 15.54 WIB. Di tingkat eceran, harga emas 24 karat produksi PT Antam (Persero) Tbk. mencapai Rp813.000 per gram, melampaui level psikologis Rp800.000 per gram.
Kepala Riset Praus Capital, Alfred Nainggolan menyatakan secara umum pelarian modal ke investasi emas tercermin dari harga emas global di pasar spot.
“Kalau kita lihat emas kembali naik, emas mungkin masih bisa tertahan dan menjadi pilihan karena (harganya) sudah cukup solid diatas 1.600, tiga hari ini., ujar Alfred kepada Bisnis, Kamis (27/2/2020).
Menurut Alfred, pelarian modal ke instrumen safe haven seperti emas mencerminkan tingkat risiko yang besar di pasar saham. Untuk itu, Alfred tidak menyarankan investor melakukan perdagangan saham dalam kondisi penuh volatilitas seperti saat ini.
Lebih lanjut,dia memperkirakan IHSG masih akan bergerak di zona merah dengan level support 5.520 dan resistance 5.580 pada pembukaan perdagangan Jumat (28/2/2020).
“Malam ini, jika bursa Amerika bisa ditutup positif kemungkinan bursa kita bisa juga mengalami hal yang sama, karena koreksinya sudah cukup dalam, 350 poin,” jelasnya.
Meski harga emas berada pada tren bullish, namun Alfred tidak menyarankan invetor untuk membeli saham emiten yang memproduksi emas. Momentum kejatuhan IHSG harus dimanfaatkan investor untuk mengoleksi saham bluechip.