Bisnis.com, JAKARTA – Tak putus dirundung marang, sebuah judul buku yang ditulis Sutan Takdir Alisjahbana 90 tahun lalu barangkali tepat untuk menggambarkan kondisi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA) lam tiga tahun terakhir. Berbagai kemalangan yang menimpa perusahaan membuat saham perseroan disuspensi selama 24 bulan lamanya.
Kemarin, Tiga Pilar Sejahtera menggelar rapat umum pemegang saham tahunan, sebuah babak baru bagi perusahaan untuk menyelesaikan satu per satu persoalan yang mendera perseroan. Pemegang saham menunjuk komisaris dan direksi yang baru.
Hengky Koestanto yang semula menjabat direktur utama, naik menjadi komisaris utama. Kursi direktur utama ditempat Lim Aun Seng, mantan Direktur Utama PT FKS Multiagro Tbk. (FISH). Perusahaan ini digadang-gadang bakal menjadi investor baru AISA lewat private placement.
Pemegang saham juga menunjuk Ito Sumardi sebagai komisaris. Ito pernah menjabat Kabareskrim Polri (2009-2011) dan saat ini menjadi Duta Besar Indonesia di Myanmar. Figur lain yang diangkat menjadi komisaris adalah R. Benny Wachjudi, mantan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian.
Sekretaris Perusahaan AISA Michael H. Hadylaya mengatakan figur baru yang ditunjuk untuk mengisi jajaran manajemen berasal dari kalangan profesional. Dia menyebut, figur baru yang ditunjuk memiliki kapabilitas untuk memulihkan kinerja perseroan.
" 8 Orang ini diharapkan bisa mengantarkan perseroan ke dalam tahapan lebih baik,” jelasnya.
Baca Juga
Hasil RUPS memberikan mandat kepada direksi dan atau komisaris Perseroan untuk mengambil langkah hukum perdata dan atau pidana yang diperlukan sehubungan dengan ditemukannya kerugian perseroan sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).
Perombakan tidak hanya terjadi di jajaran Dewan Komisaris, tiga dari empat direksi Tiga Pilar Sejahtera juga dicomot dari beberapa perusahaan bonafide. Selain Lim Aun Seng, pemegang saham juga menunjuk Ernest Alto dan Nanang Rismadi. Keduanya adalah mantan Chief Audit Executive PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX) dan Plant Director PT Tirta Investama (Danone Aqua).
RUPS juga menyetujui perubahan alamat perseroan yakni bertempat di Sampoerna Strategic North Tower lantai 7. Dengan demikian, AISA akan menempati gedung perkantoran yang sama dengan FKS Multi Agro. Emiten bersandi saham FISH itu juga berkantor di Sampoerna Strategic Square, North Tower Lantai 3.
Jurus lolos dari potensi delisting
AISA menegaskan, perusahaan tak ingin hengkang dari lantai bursa. Untuk itu, segala upaya akan dilakukan untuk mencegah pembatalan pencatatan saham di BEI ata delisting. Perseroan juga menyiapkan beragam jurus untuk mempertahankan keberlangsungan usaha.
Manajemen AISA sebelumnya melansir, perseroan menempuh beragam cara demi kepentingan para pemangku kepentingan, terutama 16.000 pemegang saham publik dan 3.000 karyawan Grup Tiga pilar Sejahtera. Untuk diketahui, 61,45 persen saham AISA memang dimiliki oleh publik.
Kinerja keuangan AISA boleh dibilang mengkhawatirkan.Berdasarkan laporan keuangan AISA, kerugian yang didera perseroan secara kumulatif mencapai Rp5,48 triliun pada 2017. AISA juga mencatat defisiensi modal sebesar Rp3,45 triliun. Total liabilitas mencapai 290 persen dari total aset
Komisaris Utama AISA Hengky Koestanto mengatakan perseroan akan menambah modal lewat skema tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement. Aksi korporasi ini diharapkan bisa dilakukan sebelum akhir kuartal I/2020.
Hengky menyebut, bercermin dari laporan keuangan, harusnya perseroan melakukan aksi korporasi lagi setelah private placement.
"Idealnya sih utang bank, cuma nggak bisa. Mengeluarkan obligasi juga nggak bisa. Opsi kita nggak banyak. Nanti kita pilih yang terbaik saja," ujar Hengky di Bursa Efek Indonesia pada Rabu (26/2/2020).
Meski tak menyebutkan secara pasti nilai belanja modalnya, Direktur Utama AISA Lim Aun Seng mengatakan dana hasil private placement akan digunakan untuk memulihkan kinerja perseroan, antara lain perbaikan dan penambahan alat produksi.
"Capex ada beberapa dari segi maintenance, capex yang besar dari kita sementara ini tidak. Kita cuma fokus stabilkan perusahaan dulu saja," ujarnya.
Di lain pihak, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih akan melakukan evaluasi terhadap pemenuhan kewajiban AISA sebelum mencabut suspensi saham. Direktur Penilai Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan AISA masih mendapat opini disclaimer dari auditor untuk laporan keuangan 2017 (restated) dan laporan keuangan 2018.
"Bursa akan mempertimbangkan untuk melakukan pencabutan suspensi perdagangan jika semua hal yang menjadi penyebab dikenakan suspensi telah di-follow up dan semua kewajiban administratif telah dipenuhi," jelasnya.
Jalan AISA agar lepas dari jerat suspensi memang masih perlu menunggu waktu. Walau demikian, harapan untuk bisa pulih seperti sedia kala tetaplah ada. Masih ada secercah asa buat AISA.