Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah memperdalam pelemahannya pada perdagangan Selasa (25/2/2020) seiring kepanikan atas wabah virus corona di AS yang mencengkeram investor.
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman April diperdagangkan pada US$50,14 per barel pada pukul 16.45, setelah ditutup melemah 3 persen dan mengakhiri sesi di posisi US$ 49,90 di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak April turun US$1,35 atau 2,4 persen ke level US$54,95 di ICE Futures Europe exchange.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS memperingatkan warga untuk bersiap menghadapi wabah virus corona (Covid-19).
Lonjakan infeksi di bagian lain di Asia serta Timur Tengah dan Eropa telah menimbulkan kekhawatiran akan pandemi global yang berdampak pada stabilitas ekonomi global.
"Virus ini memiliki efek keras di seluruh pasar", kata David Tawil, presiden direktur Maglan Capital, seperti dikutip Bloomberg.
Baca Juga
“Mungkin ada lebih banyak guncangan yang akan datang ketika virus menyebar, sehhingga memperpanjang waktu bagi minyak untuk mendapatkan kembali pijakannya. Tidak ada yang tahu berapa lama ini akan terjadi," lanjutnya.
Minyak melemah bersamaan dengan bursa saham AS dan imbal hasil obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun yang jatuh ke rekor terendah, karena investor bergulat dengan prospek virus yang mengganggu ekonomi terbesar dunia itu.
Penurunan harga terjadi ketika Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu bersiap untuk bertemu di Wina pekan depan. Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan OPEC belum membuat keputusan apakah akan memperpanjang atau memodifikasi pengurangan produksi dalam menanggapi Covid-19.
Investor sebagian besar mengabaikan laporan industri yang menunjukkan stok minyak mentah AS meningkat pekan lalu. American Petroleum Institute melaporkan bahwa cadangan minyak naik 1,3 juta barel pekan lalu.