Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebaran Corona Semakin Parah, Won Anjlok ke Level Terendah 6 Bulan

Hingga pukul 13.01 WIB, won melemah 0,81 persen atau 9,9 poin menjadi 1.219,05 won per dolar AS, level terendah won sejak Agustus 2019.
Seorang penjaga keamanan berjalan di bawah monitor di Bursa Efek Korea di Seoul./ SeongJoon Cho - Bloomberg
Seorang penjaga keamanan berjalan di bawah monitor di Bursa Efek Korea di Seoul./ SeongJoon Cho - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA -Nilai tukar won turun ke level terendah dalam enam bulan terakhir seiring dengan anjloknya pasar saham Korea Selatan setelah Negeri Ginseng itu menaikkan peringatan terkait penyakit menular ke level tertinggi karena penyebaran virus corona atau covid-19 semakin memburuk.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (24/2/2020) hingga pukul 13.01 WIB, won melemah 0,81 persen atau 9,9 poin menjadi 1.219,05 won per dolar AS, level terendah won sejak Agustus 2019. 

Adapun, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,32 persen menjadi 99,583.

Sementara itu, indeks saham Kospi merosot 3,59 persen menjadi 2.085,28. Sepanjang tahun berjalan 2020, indeks Kospi melemah 5,11 persen.

Ekonom HI Investment & Securities Co Park Sang-hyun mengatakan bahwa penyebaran virus corona tampaknya memiliki dampak negatif yang lebih besar daripada yang diperkirakan analis terhadap pasar keuangan.

“Intinya adalah apakah wabah virus masih akan bertahan hingga akhir Februari atau awal Maret, semakin lama sentimen bertahan semakin parah dampaknya,” ujar Park Sang-hyun seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (24/2/2020).

Sebagai informasi, lebih dari 700 orang dipastikan telah terinfeksi virus corona di Korea Selatan dan pemerintah setempat pun menaikkan tingkat siaga menjadi merah. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan bahwa pemerintah dapat mengambil langkah kuat yang belum pernah dilakukan sebelumnya untuk mengatasi wabah tersebut.

Kurs swap forward menunjukkan bahwa pedagang telah menetapkan harga won dalam pemotongan suku bunga selama tiga bulan ke depan. Selain itu, Imbal hasil obligasi Korea Selatan untuk tenor 10 tahun telah turun 5 basis poin menjadi 1,4 persen.

Ahli Strategi Pasar Kiwoom Securities Seoul Kim Yumi mengatakan bahwa pasar akan mengawasi setiap langkah pemerintah dan bank sentral untuk merangsang ekonomi di tengah sentimen virus corona.

"Pelonggaran lebih lanjut, yang biasanya merupakan faktor pelemahan bagi won, dapat membantu meredakan kecemasan pasar dan memberikan sedikit bantuan untuk mata uang tersebut,” ujar Kim Yumi.

Di sisi lain, Samsung Electronics Co. menutup operasional pabriknya di Kota Gumi selama akhir pekan setelah seorang karyawan dinyatakan positif terkena virus. Perusahaan terbesar Korea Selatan itu rencananya akan memulai kembali operasi pabrik pada Senin (24/2/2020) sore.

Selain itu, Analis Shinhan Financial Group Park Hyunwoo mengatakan bahwa sebagian besar perusahaan teknologi Korea Selatan diproyeksi mengalami penurunan pendapatan pada kuartal pertama karena pasokan dari China, pusat penyebaran virus corona, terganggu.

Korea Selatan berjanji untuk bertindak cepat dan tegas jika mata uang bergerak dalam satu arah secara berlebihan. Sepanjang tahun berjalan, won menjadi mata uang Asia dengan kinerja terlemah kedua, yaitu terkoreksi 5,185 persen.

Baht Thailand menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia, dengan penurunan sebanyak 6,1 persen sepanjang 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper