Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Cetak Cekor, Ini 8 Faktor Penyebabnya

Emas adalah pilihan yang sejauh ini dipercaya aman karena nilai universalnya. Dibandingkan dengan uang tunai atau cash, emas lebih aman, misalnya dalam kondisi perang. Bahkan dolar AS bisa saja tidak laku jika negara yang menjaminnya kehilangan kekuasaan.
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Jumat (1/3/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Jumat (1/3/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Peristiwa Global dan Indeks Dolar AS

Ketidakpastian global biasanya membuat investor enggan menempatkan dananya di instrument investasi yang berisiko turun nilainya pada suatu kondisi, seperti pasar saham pada saat krisis keuangan. Krisis finansial bisa membuat perusahaan sulit berekspansi, bahkan berpotensi menggerus pendapatan dan laba.

Emas adalah pilihan yang sejauh ini dipercaya aman karena nilai universalnya. Dibandingkan dengan uang tunai atau cash, emas lebih aman, misalnya dalam kondisi perang. Bahkan dolar AS bisa saja tidak laku jika negara yang menjaminnya kehilangan kekuasaan.

Hal itu berbeda dengan emas yang punya sejarah panjang sebagai alat tukar dan menyimpan kekayaan sejak ribuan tahun. Emas bisa diterima di manapun tanpa mengenal batas negara.

Sepanjang tahun 2019 pun harga emas melonjak hingga 18 persen, sekaligus menjadi kenaikan tahunan terbesar sejak 2010. Hal ini disebabkan oleh goyahnya pertumbuhan ekonomi global menyusul sejumlah peristiwa, seperti dari perang dagang AS-China

Di awal tahun 2020, logam mulia ini terus melaju melampaui US$1.600 ke level tertinggi sejak 2013, setelah wabah virus corona yang berasal dari China mengancam mengganggu aktivitas ekonomi.

"Dukungan untuk logam kuning didorong oleh ketidakpastian ekonomi terkait dengan virus corona, yaitu berapa lama pandemi dapat berlangsung dan apa dampak akhirnya pada pertumbuhan ekonomi dunia?" ungkap Gavin Wendt, analis sumber daya senior di MineLife Pty, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (20/2/2020).

Indeks dolar AS adalah pengukur kekuatan mata uang Negeri Paman Sam terhadap sekelompok mata uang lain yang telah diakui sebagai acuan secara global. Indeks ini didesain, dikelola, dan dipublikasikan oleh Intercontinental Exchange Inc. (ICE) dengan nama “US Dollar Index.”

Komposisinya adalah euro (EUR) dengan bobot 57,6 persen, yen (JPY) 13,6 persen, Pound sterling (GBP) 11,9 persen, dollar Kanada (CAD) 9,1 persen, krona Swedia (SEK), 4,2 persen, dan franc Swiss (CHF) 3,6 persen.

Pergerakan harga emas berbanding terbalik dengan indeks dolar. Ketika dolar AS menguat terhadap mata uang lain di seluruh dunia, harga emas cenderung turun dalam dolar AS karena emas menjadi lebih mahal dalam mata uang lain.

Ketika harga setiap komoditas bergerak menguat, jumlah peminatnya cenderung berkurang, dengan kata lain, permintaan surut. Sebaliknya, ketika nilai dolar AS melemah, emas cenderung terapresiasi karena menjadi lebih murah di mata uang lainnya. Permintaan cenderung meningkat dengan harga yang lebih rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper