Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kertas PT Fajar Surya Wisesa Tbk. atau Fajar Paper kembali menyepakati persetujuan penerimaan fasilitas pinjaman.
Dikutip dari keterbukaan informasi BEI pada Kamis (20/2/2020), emiten berkode sandi FASW tersebut menandatangani fasilitas pinjaman antar perusahaan oleh perseroan dan anak perusahaan pada Selasa (18/2/2020).
PT Dayasa Aria Prima sebagai entitas anak FASW memberikan fasilitas pinjaman kepada induk perusahaannya sebesar US$60 juta dan Rp700 miliar untuk tenor waktu pinjaman 7 tahun.
Utang ini disebutkan dalam dokumen yang ditandatangani oleh Sekretaris Perusahaan Marco Hardy, dimaksudkan untuk pembiayaan kembali utang-utang yang ada dan tambahan belanja modal.
Dalam catatan Bisnis.com, perseroan sangat agresif menambah tiga utang bank dengan tenor yang sama dan juga dengan alasan yang sama dalam satu bulan terakhir.
Pada tanggal 20 Januari 2020, perseroan mengantongi fasilitas pinjaman sebesar US$50 juta dari PT OCBC NISP Tbk. Tak lama berselang tepatnya 28 Januari 2020, FASW kembali menambah utang banknya dengan persetujuan pinjaman sebesar US$100 juta dari Oversea-Chinese Banking Corporation Limited.
Baca Juga
Pada tanggal 3 Februari 2020, perseroan kembali menerima kucuran dana pinjaman sebesar US$30 juta dan Rp700 miliar dari PT Bank Mizuho Indonesia.
Jika dijumlahkan dengan pinjaman dari entitas anak, dalam satu bulan ini, FASW sudah mengantongi uang pinjaman sebesar US$240 juta dan Rp1,4 triliun.
Secara keseluruhan dalam denominasi rupiah, perseroan sudah meraup pinjaman sebesar Rp4,72 triliun (US$1=Rp13.848).
Dikutip dari laporan keuangan konsolidasian per Desember 2019, FASW mencatatkan pendapatan Rp8,38 triliun, turun 16,8 persen yoy menjadi Rp8,27 triliun dari sebelumnya Rp9,94 triliun.
Penjualan kepada pihak ketiga berkontribusi besar terhadap pendapatan perseroan dengan total Rp7,64 triliun. Mayoritas penjualan pihak ketiga untuk pasar dalam negeri berkontribusi sebesar 79,62 persen terhadap penjualan.
Adapun, laba bersih pada 2019 mencapai Rp968,83 miliar, terkoreksi 31,06 persen yoy dari 2018 sebesar Rp1,4 triliun. Padahal, beban pokok penjualan perseroan turun menjadi 6,66 persen yoy menuju Rp6,46 triliun dibandingkan sebelumnya Rp6,92 triliun.
Total liabilitas pada 2019 mencapai 6,06 triliun, turun dari sebelumnya Rp6,76 triliun. Adapun, jumlah ekuitasnya naik menjadi Rp4,69 triliun dari 2018 sebesar Rp4,29 triliun. Namun, total aset terkoreksi menuju Rp10,75 triliun dari 2018 senilai Rp10,96 triliun.