Bisnis.com, JAKARTA - PT Semen Baturaja Tbk. (SMBR) menargetkan pertumbuhan laba dua digit bersamaan dengan kenaikan pendapatan pada tahun 2020.
Meski tidak bisa menyebutkan relisasi pertumbuhan pada 2019 karena laporan keuangannya karena sedang dalam masa audit, Direktur Utama Semen Baturaja Jobi Triananda Hasjim menargetkan kenaikan dari sisi laba bersih tahun ini.
"Targetnya 2020 laba kita lebih baik dari sekarang. Ada peningkatan. Kita akan rilis sebentar lagi. Nunggu persetujuan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) dari pemegang saham. Kalau sudah kita akan launching," tuturnya selepas menghadiri Rapat Dengar Pendapat di Komisi VI, Senayan, Jakarta pada Selasa (18/2/2020).
Menurutnya, pertumbuhan laba bersih SMBR dapat mencapai dua digit pada 2020. Perolehan pendapatan juga akan meningkat.
Mengutip laporan keuangan per September 2019, Semen Baturaja membukukan pendapatan Rp1,42 triliun, naik 3,75 persen year on year (yoy) dari sebelumnya Rp1,37 triliun. Laba bersih merosot 44,42 persen yoy menuju Rp22,72 miliar dibandingkan Rp40,88 miliar per September 2018.
Jobi tidak menyebutkan nilai total belanja modal perseroan tahun ini. Namun, ia menegaskan sumber dananya akan berasal dari kas internal yang mayoritas akan digunakan untuk memperlebar jalur distribusi, menambah produk turunan, dan efisiensi dari proses produksi.
Baca Juga
"Ekspansi belum. Kita tidak melihat dalam jangka waktu pendek dan menengah. Selama pertumbuhan dari sisi permintaannya tidak signifikan kita mungkin akan berpikir melihat ekspansi dari sisi yang lain," ungkap Jodi.
Hal ini dikarenakan Jodi melihat adanya alternatif ke depannya masyarakat tidak akan membutuhkan semen dalam kurun waktu hingga 15 tahun ke depan. Karena itu, perseroan akan berfokus pada pengembangan produk turunan.
"Mungkin 10 sampai 15 tahun lagi masyarakat nggak butuh semen. Mereka butuh panel board yang ditempel-tempel jadi rumah. Kita sudah harus melihat ke arah sana," terang Jodi.
Selain berjasama dengan PT Pupuk Sriwidjaya (Pusri) untuk suplai white clay, Semen Baturaja juga akan berusaha melakukan efisiensi untuk mengoptimalkan penggunaan batu bara.
"Kita cari batu bara yang lebih optimal. Hari ini GAR (nilai kalori)-nya diatas 4.500 Kcal/kg. Kita ingin efisien lebih baik dengan GAR yang lebih murah. Kita sekarang sedang lelang karena pabrik kita yang baru, bisa pakai GAR yang lebih murah," ungkapnya.
Jodi juga mengungkap perseroan sedang berpikir mencari alternatif penghematan pasokan listrik dengan memanfaatkan panas dari kilang.
"Kita sedang kaji, kita berpikir bagaimana mendapat pasokan listrik yang lebih optimal karena kita ada di Sumatera Selatan yang banyak batu bara. Mesti ada keunggulan geografis dengan adanya kita di Sumatera Selatan. Ini kita sedang kaji kemudian mendapat pasokan yang lebih optimal," tutupnya.