Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham HSBC Tertekan, Indeks Hang Seng Hong Kong Turun Tajam

Pelemahan saham HSBC menekan bursa Hong Kong mengakhiri pergerakannya merosot lebih dari 1 persen pada perdagangan hari ini, Selasa (18/2/2020).
Hang Seng Index/Reuters
Hang Seng Index/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan saham HSBC menekan bursa Hong Kong mengakhiri pergerakannya merosot lebih dari 1 persen pada perdagangan hari ini, Selasa (18/2/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks saham acuan Hong Kong Hang Seng ditutup di level 27.530,20 dengan merosot 1,54 persen atau 429,40 poin dari level penutupan sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (17/2/2020), Hang Seng mampu berakhir di level 27.959,60 dengan penguatan 0,52 persen atau 144 poin. Koreksi yang dialami pada Selasa (18/2) adalah yang terbesar sejak anjlok 2,6 persen pada perdagangan 30 Januari.

Dari 50 saham yang diperdagangkan pada Hang Seng hari ini, sebanyak 48 saham melemah, 1 saham naik, dan 1 saham lainnya stagnan. Seluruh sektor pun turun, dipimpin saham finansial.

Saham Sunny Optical Technology Group membukukan penurunan terbesar yakni 4,85 persen, disusul AAC Technologies Holdings Inc. sebesar 3,65 persen.

Sementara itu, saham HSBC Holdings Plc. yang anjlok 2,78 persen menjadi penekan terbesar terhadap pelemahan Hang Seng. Pelemahan saham HSBC berlanjut untuk hari kedua setelah berakhir terkoreksi 0,42 persen pada perdagangan Senin (17/2).

HSBC menyatakan akan memangkas sekitar 35.000 pekerjaan seiring dengan merosotnya raihan laba untuk 2019, seperti dikutip dari BBC.

Salah satu bank terbesar di dunia ini mengatakan menargetkan pemotongan biaya sebesar US$4,5 miliar (£3,5 miliar) pada tahun 2022 sebagai bagian dari restrukturisasi besar-besaran.

Menurut CEO interim Noel Quinn, HSBC akan mengurangi jumlah karyawannya dari 235.000 menjadi sekitar 200.000 selama tiga tahun ke depan.

HSBC, yang menghasilkan sebagian besar pendapatannya di Asia, melaporkan laba tahunan sebelum pajak sebesar US$13,35 miliar (£10,3 miliar) atau merosot 33 persen pada 2019. Penurunan laba ini terutama dikarenakan investasi dan operasi perbankan komersial di Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper