Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) diproyeksi menguat didukung oleh penurunan produksi Malaysia, produsen terbesar kedua di dunia. Sentimen ini pun menjadi katalis positif bagi emiten produsen CPO dalam negeri.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan menulis dalam publikasi risetnya bahwa produksi CPO Malaysia diperkirakan terus berada dalam tekanan sehingga akan menjadi sentimen positif bagi harga CPO global dalam jangka panjang.
“Kami meningkatkan posisi kami pada CPO dari netral menjadi overweight dan merevisi asumsi harga CPO untuk 2020 naik 16,3 persen dari target sebelumnya menjadi rata-rata 2.500 ringgit per ton," tulisnya dalam laporan yang dikutip Bisnis.com, Rabu (12/2/2020).
Dia menambahkan, Mirae Asset Sekuritas juga memproyeksi harga CPO pada 2021 akan naik 18,2 persen menjadi 2.600 ringgit per ton. Andy menyebut, penurunan produksi CPO Malaysia didorong oleh siklus El Nino yang lebih lemah pada tahun ini dan konsumsi pupuk Malaysia lebih rendah.
Sepanjang 2020, dia memproyeksi Malaysia hanya akan memproduksi CPO sebesar 19,4 juta ton, turun 500.000 dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara itu, di Indonesia sebagai produsen terbesar CPO di dunia, pasokan pada tahun ini diperkirakan meningkat 2,4 persen dari tahun sebelumnya di kisaran 44 juta ton.
Dari sisi domestik, permintaan diproyeksi meningkat lebih lanjut mengingat penerapan yang lebih intensif dari program mandat biodiesel Indonesia. Namun, Andy memperkirakan pada tahun ini B30 Indonesia hanya mencapai 8,5 miliar, lebih rendah dari target pemerintah sebesar 9,4 liter.
Baca Juga
Sentimen ini pun diyakini akan mengalahkan sentimen penyebaran virus corona yang dapat membatasi permintaan, terutama di China sebagai salah satu konsumen terbesar dunia.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (12/2/2020) hingga pukul 16.34 WIB, harga CPO berjangka untuk kontrak April 2020 di bursa Malaysia melemah 0,15 persen menjadi 2.691 ringgit per ton. Sepanjang tahun berjalan 2020, CPO telah terkoreksi 10,59 persen. Padahal pada pertengahan perdagangan Januari, harga CPO sempat menguat ke level 3.110 ringgit per ton, menjadi level tertinggi sejak 2017.
Emiten Produsen CPO
Di sisi lain, sentimen proyeksi harga CPO yang lebih baik telah menjadi angin segar untuk saham-saham emiten produsen CPO. Mirae Asset Sekuritas merekomendasi beli untuk saham PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT PP London Sumatra Tbk. (LSIP), PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO), dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS).
Namun, saham unggulan yang patut dicermati lebih baik oleh Mirae Asset adalah LSIP. Andy mengubah target saham LISP pada tahun ini menjadi Rp1.600 per saham dibandingkan dengan target sebelumnya sebesar Rp1.310 per saham.
LSIP diyakini bisa mendulang pendapatan paling tinggi dari kenaikan harga CPO. Mirae Asset memproyeksi pendapatan bersih perseroan pada tahun ini menjadi Rp501 miliar dengan gearing ratio bertahan dalam posisi kas bersih, mengingat adanya zero debt estimates.
Sementara itu untuk AALI, solvabilitas diyakini meningkat lebih lanjut didorong oleh estimasi pendapatan perusahaan yang lebih tinggi ke depan. Dia mengubah target saham AALI pada tahun ini menjadi Rp15.350 per saham daripada target sebelumnya Rp11.800 per saham.