Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) terus turun diserang berbagai sentimen, baik dari dalam negeri maupun dari luar. Di kala saham-saham sedang “tiarap” di mana grafiknya terus ke bawah, sejumlah analis kadang menyarankan untuk buy on weakness atas beberapa saham.
Buy on weakness atau BoW menjadi istilah yang cukup populer bagi praktisi pasar modal. Arti buy on weakness adalah membeli saham di harga rendah, namun berprospek mengalami kenaikan kembali dalam jangka pendek.
Ini adalah salah satu strategi dalam perdagangan di bursa saham, di mana investor membeli saham pada saat harganya mencapai level support dan cenderung aman untuk dibeli. Pengertian lainnya adalah beli di saat harga sahamnya sedang “diskon”.
Namun, tidak semua saham yang tengah turun layak dibeli dan dilabeli buy on weakness. Di sinilah peran analisis fundamental dan teknikal bekerja untuk bisa menarik kesimpulan apakah suatu saham itu layak BoW atau tidak.
Hanya saham yang prospek bagus saja yang layak BoW dengan harapan harganya akan berbalik menguat dalam jangka pendek. Contohnya, ada saham yang mengalami penurunan harga berkelanjutan selama dua hari, dan investor meyakini prospek saham itu baik ke depannya atau bisa kembali rebound.
Bagi investor pun tidak mudah menentukan kapan BoW ini bisa dilakukan. Butuh pengalaman tersendiri untuk mendapatkan saat tepat melakukan buy on weakness. Trader berpengalaman tidak butuh waktu lama untuk merealisasikan cuan dalam strategi BoW ini, misalnya beli pagi jual sore dengan keuntungan tergantung volatilitas saham.
Strategi ini tentu juga punya risiko, sama seperti strategi trading saham lainnya. Misalnya, saat Anda masuk satu saham di level support, namun ternyata harga saham itu malah turun terus. Karena itu, penting kemampuan analisis teknikal untuk membaca arah pergerakan saham.