Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah perdagangan hari ini, Senin (10/2/2020), bersama rata-rata bursa saham di Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG parkir di level 5.957,33 dengan pelemahan 0,70 persen atau 42,27 poin pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat (7/2/2020), IHSG mampu menutup pergerakannya di level 5.999,61 dengan penguatan 0,21 persen atau 12,46 poin.
Pergerakan indeks mulai tergelincir ke zona merah dengan dibuka turun 0,10 persen atau 6,23 poin di posisi 5.993,38 pada Senin (10/2) pagi. Sepanjang perdagangan sesi I, IHSG bergerak di level 5.937,38 – 5.996,47.
Sebanyak 8 dari 9 sektor menetap di wilayah negatif pada akhir sesi I, dipimpin pertanian (-2,12 persen) dan aneka industri (-1,48 persen). Satu-satunya sektor yang menetap di zona hijau adalah infrastruktur (+0,03 persen).
Sebanyak 93 saham menguat, 254 saham melemah, dan 330 saham stagnan dari 677 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Baca Juga
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Astra International Tbk. (ASII) yang masing-masing turun 1,54 persen dan 1,95 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG pada akhir sesi I.
Seiring dengan pergerakan IHSG, indeks Bisnis-27 melemah 0,77 persen atau 4,19 poin ke level 538,54, sedangkan indeks saham syariah Jakarta Islamic Index melorot 0,84 persen atau 5,43 poin ke posisi 639,11 pada akhir sesi I.
Di pasar spot, nilai tukar rupiah melemah 43 poin atau 0,31 persen ke level Rp13.718 per dolar AS pukul 11.53 WIB, setelah berakhir terdepresiasi 0,29 persen atau 40 poin di posisi 13.675 pada Jumat (7/2).
Rata-rata indeks saham di Asia pun bergerak negatif dengan Nikkei 225 dan Topix Jepang turun 0,53 persen dan 0,69 persen masing-masing siang ini.
Adapun indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,83 persen dan indeks Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,85 persen. Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing terkoreksi 0,39 persen dan 0,40 persen.
Menurut tim riset Samuel Sekuritas Indonesia, IHSG akan kembali tertekan seiring dengan melemahnya pasar regional dan global.
Di sisi lain, sentimen positif datang dari dalam negeri. Neraca pembayaran Indonesia pada kuartal akhir tahun lalu tercatat surplus sehingga menopang ketahanan eksternal Indonesia.
Berdasarkan keterangan resmi Bank Indonesia yang dirilis Senin (10/2/2020), necara pembayaran pada kuartal IV/2019 surplus senilai US$4,3 miliar. Nilai ini membaik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, yang defisit senilai US$46 juta.
Surplus neraca pembayaran pada kuartal IV tahun lalu ditopang oleh kenaikan surplus transaksi modal dan finansial serta defisit transaksi berjalan yang tetap terkendali.
Dengan perkembangan ini, posisi cadangan devisa pada Desember 2019 berada di angka US$129,2 miliar, naik dari US$124,3 miliar pada akhir September tahun lalu.
Posisi cadangan devisa ini setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sebesar 3 bulan impor.
Ke depan, kinerja neraca pembayaran Indonesia diperkirakan tetap baik sehingga dapat menopang ketahanan sektor eksternal. Prospek tersebut didukung defisit transaksi berjalan pada 2020 yang diproyeksikan tetap terkendali dalam kisaran 2,5 persen hingga 3,0 persen PDB.
Prospek aliran masuk modal asing diperkirakan juga tetap besar didorong persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga.