Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak berhasil menguat dua perdagangan berturut-turut, pada Kamis (6/2/2020), seiring dengan optimisme pasar bahwa OPEC dan sekutunya akan menyutujui pemangkasan produksi yang lebih dalam menanggapi melemahnya permintaan akibat penyebaran virus corona.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (6/2/2020) pukul 10.38 WIB, harga minyak WTI kontrak Maret 2020 di bursa Nymex bergerak menguat tajam 2,11 persen ke level US$51,82 per barel.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak April 2020 di bursa ICE bergerak menguat 1,74 persen menjadi US$56,24 per barel. Kenaikan tersebut pun menjadi lonjakan terbesar minyak sejak 3 Januari 2020.
Kepala Strategi Pasar Axi Corp Stephen Innes mengatakan bahwa investor berbalik optimis bahwa OPEC dan sekutunya akan memberikan respons yang tepat untuk mengurangi kekhawatiran yang berasal dari penyebaran virus.
“Meski demikian, harga kemungkinan akan melanjutkan penurunan karena konsumsi China benar-benar akan tertekan,” ujar Stephen seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (6/2/2020).
Seperti yang diketahui, harga minyak tertekan sejak awal Januari karena penyebaran virus corona yang telah membatasi perjalanan dan konsumsi bahan bakar sehingga mengganggu arus perdagangan di seluruh dunia. Sepanjang tahun berjalan 2020, harga minyak telah bergerak melemah lebih dari 18 persen.
Baca Juga
Meski pasar optimistis OPEC akan memangkas produksinya lebih dalam, sesungguhnya Arab Saudi dan Rusia tetap terpecah untuk memutuskan hal tersebut.
Pembicaraan antara para ahli dari OPEC dan sekutunya telah diperpanjang menjadi tiga hari karena mereka berusaha untuk menentukan dampak nyata virus corona terhadap konsumsi.
Di sisi lain, peningkatan cadangan minyak AS yang lebih besar daripada perkiraan diyakini juga akan menjadi bahan pertimbangan OPEC dan sekutunya.
Berdasarkan data Administrasi Informasi Energi, stok minyak mentah AS meningkat 3,36 juta barel pada pekan lalu. Persediaan tersebut naik untuk minggu kedua ke level tertinggi dalam lebih dari sebulan.
Sementara itu, Analis PT Monex Investindo Futures Andian mengatakan dalam publikasi risetnya bahwa kekhawatiran penyebaran wabah corona masih tinggi dan masih menjaga minat pasar terhadap aset aman seperti emas.
“Namun, harapan akan adanya kebijakan pemangkasan produksi dari OPEC+, terlepas penolakan dari Rusia, masih berpotensi mendukung kenaikan harga minyak menguji resistan US$51,85 hingga US$52,70 per barel dengan level support di kisaran US$50 hingga US$50,4 per barel,” ujarnya.