Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal makin tertekan sepanjang Februari 2020. Saham emiten consumer, rokok, dan perbankan bisa menjadi pilihan investor di tengah gejolak pasar.
Head of Research Analyst FAC Sekuritas, Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan performa pasar saham diperkirakan akan melemah seiring wabah flu burung di China. Wabah ini, menambah buruk sentimen negatif karena hingga saat ini wabah virus corona juga belum usai ditangani.
Wisnu menyebut, kombinasi dua sentimen negatif ini akan semakin membuat investor khawatir. Tak ayal, dia memprediksi bakal terjadi aliran dana keluar atau capital outflow.
“Kekhawatiran investor juga terbukti dengan kontraksi sejumlah indeks saham di wilayah Asia Pasifik pada hari ini,” jelasnya Wisnu saat dihubungi Bisnis.com, Senin (3/2/2020).
Akibat sentimen tersebut, Wisnu memperkirakan level IHSG pada Februari tidak akan menyentuh 6.000. Dia juga memperkirakan, pergerakan IHSG sepanjang Februari akan berada di level 5.558 hingga 5.800.
Ke depan, Wisnu menyarankan kepada para investor untuk lebih cermat dalam membeli saham. Menurutnya, saham dengan fundamental dan kinerja historis yang baik patut dipertimbangkan untuk dikoleksi.
Selain itu, Wisnu juga merekomendasikan investor untuk melakukan strategi buy on weakness atau membeli di saat harga sedang turun. Investor sebaiknya melakukan pembelian secara bertahap saat harga-harga saham sedang jatuh.
Salah satu sektor yang menjadi rekomendasi Wisnu adalah saham di sektor consumer, antara lain PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).
Secara khusus, kendati saham UNVR masih loyo, fundamental perusahaan ini dinilai solid. Wisnu beralasan, UNVR akan mendapat tambahan pendapatan dari penjualan aset yang dilego pada 2018. “Angka penjualan mereka pada laporan terbaru juga masih mengalami pertumbuhan,” imbuhnya.
Wisnu melanjutkan, saham-saham perbankan juga masih potensial untuk mendatangkan keuntungan bagi investor. Emiten seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga dapat dibeli dengan harga rendah untuk kemudian dijual saat performanya mengalami kenaikan.
Saham rokok juga disebut Wisnu layak diperhatikan, yaitu PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM). Kedua saham ini berpotensi mendatangkan keuntungan yang signifikan. Dia beralasan, kedua emiten rokok ini tidak begitu terdampak atas kenaikan harga cukai rokok dan rutin melakukan pembagian dividen.