Bisnis.com, JAKARTA—Kejaksanaan Agung yang memblokir sejumlah rekening broker saham terkait kasus koruspsi Asuransi Jiwasraya diyakini bukan penyebab anjloknya nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia sepanjang januari 2020.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan tidak ada bukti menunjukan bahwa rekening yang diblokir mempunyai nilai transaksi dalam jumlah besar terhadap bursa. Dibutuhkan data valid nilai presentase transaksi yang dilakukan dari rekening ini sebelum dituding sebagai penyebab anjloknya nilai transaksi.
“Mesti dibuktikan, dari sekian yang ditutup itu berapa presentasenya dibandingkan total nilai. Kalau mencapai 25%, oke lah ngaruh. Kalau rendah kan berarti kita tidak bias menyimpulkan begitu,” kata Reza ketika dihubungi, Jumat (31/1/2020).
Menurutnya, turunnya jumlah transaksi broker lebih disebabkan dua persoalan mendasar. Pertama, para investor cenderung memilih untuk keluar dari pasar. Kedua, investor lebih cenderung menunda transaksi.
“Jadi mereka [investor] posisinya meng-hold, mereka tidak transaksi. Tetep ada [saldo di] rekening, tapi uang yang ada tidak ditransaksikan,” katanya.
Baca Juga
Reza meyakini kondisi global seperti harga beberapa komoditas yang menurun, prediksi resesi, perang dagang, konflik Amerika Serikat-Iran, serta wabah virus corona membuat kekhawatiran pelaku pasar meningkat sehingga mereka ragu untuk bertransaksi.
Meski tidak memberikan dampak langsung, tambah Reza, hal-hal tersebut memiliki efek domino yang pasti memengaruhi kondisi pasar. Apalagi, saat yang sama sejumlah data makroekonomi Indonesia belum menunjukkan peningkatan signifikan.
“Bukan berarti pemerintah belum bekerja. Pemerintah melakukan berbagai upaya buat ekonomi tetep tumbuh, tapi ini yang belom dirasakan pasar,” ujarnya.
Lebih lanjut, Reza mengatakan tren sepinya transaksi ini masih akan berlanjut pada Februari 2020. Meskipun masih ada kemungkinan pasar untuk berbalik arah, tapi kenaikan hanya terbatas.
Pelaku pasar pun masih akan wait and see, terutama karena sentiment dari global yang masih akan terasa seperti wabah virus korona yang belum mereda. Para investor masih cenderung melakukan pertimbangan dan menunggu kesempatan untuk profit taking.
“Sekarang ini kalau ada kabar baik saja sedikit, pelaku pasar malah bakal profit taking [melepas kepemilikan sahamnya guna merealisasikan keuntungan].”