Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Terpapar Virus Corona, Rupiah Terbaik di Asia

Ekonom Bank Permata Josua Pardede pelemahan rupiah dalam beberapa perdagangan terakhir pelemahan rupiah didorong oleh penyebaran virus corona yang terus memakan korban jiwa.
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Meski terpapar banyak sentimen negatif dalam beberapa perdagangan terakhir, mata uang Garuda berhasil mempertahankan posisinya menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia dalam satu bulan terakhir.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede pelemahan rupiah dalam beberapa perdagangan terakhir pelemahan rupiah didorong oleh penyebaran virus corona yang terus memakan korban jiwa.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (31/1/2020) rupiah berada di level Rp13.655 per dolar AS, menguat tipis 0,015% atau 2 poin. Sepanjang pekan ini, rupiah telah terdepresiasi 0,527%.

Sebagai catatan, penyebaran virus corona semakin meluas ke beberapa negara lain selain China. Saat ini, virus corona telah terkonfirmasi memasuki India, salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia.

Pasar khawatir wabah virus corona tersebut akan berubah menjadi sebuah epidemi seperti yang terjadi pada 2002 dengan penyebaran virus SARS. Selain itu, penyebaran tersebut dikhawatirkan akan melemahkan pertumbuhan ekonomi China, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global.

Akibatnya, sentimen tersebut menjauhkan investor dari aset berisiko dan berlomba mengumpulkan aset investasi aman seperti emas dan yen.

Kendati demikian, nyatanya rupiah berhasil mempertahankan posisinya untuk tidak terdepresiasi cukup dalam seperti mata uang Asia lainnya. Sepanjang Januari 2020, rupiah berhasil memimpin kinerja penguatan mata uang Asia dengan bergerak naik 1,542%.

Penguatan rupiah berhasil mengalahkan yuan renminbi yang menguat 1,392% dan dolar Hong Kong yang hanya naik 0,304%.

Imbal Hasil Obligasi yang Menarik

Josua mengatakan bahwa pertahanan rupiah dijaga baik karena imbal hasil obligasi Indonesia yang masih dinilai menarik oleh investor. Hal itu pun lah yang membuat rupiah sempat menyentuh level tertinggi sejak Februari 2018.

“Imbal hasil obligasi Indonesia masih baik, apalagi ketika India mendapatkan penurunan rating terhadap obligasinya, sedangkan Indonesia berhasil mempertahankan peringkatnya dengan prospek yang masih cukup baik. Oleh karena itu ada shifting investor dari India berpindah ke Indonesia,” ujar Josua kepada Bisnis, Jumat (31/1/2020).

Sementara itu, Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa pelemahan rupiah juga didukung oleh kecenderungan aksi ambil untung oleh investor karena rupiah berhasil menembus ke bawah level Rp13.600 per dolar AS.

“Tetapi secara teknikal rupiah memberikan petunjuk berpotensi untuk melanjutkan penguatannya dalam beberapa perdagangan. Hanya, sentimen negatif datang dari fundamental eksternal, kalau ada sentimen lebih baik seperti perkembangan corona lebih kondusif rupiah pasti akan menguat lebih baik,” ujar Yudi saat dihubungi Bisnis, Jumat (31/1/2020).

Didukung Intervensi Pasar

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa terbatasnya pelemahan rupiah didukung oleh Bank Indonesia yang melakukan intervensi di pasar.

“Bank Indonesia hari ini kembali menjadi pahlawan dengan melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan DNDF,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Jumat (31/1/2020).

Pada perdagangan sepekan ke depan, analis menilai pasar masih akan fokus terhadap perkembangan penyebaran virus corona. World Health Organization atau WHO telah menyatakan penyebaran ini menjadi keadaan darurat global dan akan ikut turun mengatasi penyebaran ini.

Rilis Data Ekonomi AS

Tidak hanya itu, pasar dinilai juga harus mewaspadai beberapa rilis data ekonomi AS pada pekan depan yang dapat menguatkan dolar AS, meskipun pernyataan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuannya hingga akhir tahun dapat melemahkan greenback.

Saat ini, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,02% menjadi 97,883.

Sepekan ke depan, Josua memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 13.650 per dolar AS hingga Rp13.750 per dolar AS, sedangkan Yudi memproyeksi rupiah berada di level 13.550 per dolar AS hingga Rp13.750 per dolar AS.

Sementara itu, Ibrahim memprediksi pada perdagangan Senin (3/2/2020) rupiah berpotensi menguat tipis di kisaran Rp 13.583 per dolar AS hingga Rp13.690 per dolar AS.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper