Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Avrist Asset Management Yakin Reksa Dana Saham akan Berbalik Positif

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan mereka akan fokus membeli saham dengan fundamental dan valuasi yang baik sebagai strategi manajemen risiko portofolio reksa dana saham mereka.
Pengunjung berada di sekitar layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (29/1/2020). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengunjung berada di sekitar layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (29/1/2020). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - PT Avrist Asset Management mengaku masih meyakini kinerja reksa dana saham akan berbalik menjadi positif, meskipun data year to date per 27 Januari 2019 IHSG masih menunjukkan kinerja negatif di angka -3,75%.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan mereka akan fokus membeli saham dengan fundamental dan valuasi yang baik sebagai strategi manajemen risiko portofolio reksa dana saham mereka.

“Diharapkan imbal hasil jangka panjang menjadi optimal walaupun dalam jangka pendek tetap akan ada fluktuasi,” tambahnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (30/1/2020).

Di sisi lain, Farash melihat reksa dana pendapatan tetap sejauh ini sangat menjanjikan. Menurutnya, kinerja obligasi sedang sangat positif apalagi didukung dengan inflow asing yang besar.

“Ini inline dengan emerging markets. Yield [obligasi] 10 tahun kita sudah lebih rendah dari Mexico dan Brazil namun masih lebih tinggi dari India dan Rusia,” tutur Farash.

Dia optimistis tingkat imbal hasil masih bisa turun kembali pada tahun ini, mengingat yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun juga turun 1,2 bps hingga 1,62% pada Rabu (29/1/2020).

Hal ini ditambah faktor lainnya seperti indeks dolar AS yang juga melemah serta kesepakatan dagang fase pertama antara AS-China beberapa waktu lalu.

“Itu faktor yg mendorong inflow ke rupiah bond,” katanya.

Di sisi lain, strategi Kementerian Keuangan dalam lelah Surat Berharga Negara yang cenderung tidak front loading serta sikap BI yang membeli SBN untuk keperluan operasi moneter di masa mendatang juga turut mendorong kenaikan harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper