Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah merosot menyusul kenaikan persediaan minyak mentah AS tertinggi sejak November, meningkatkan kekhawatiran tentang kelebihan pasokan.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret melemah 0,15 poin ke level US$53,33 per barel di New York Mercantile Exchange pada akhir perdagangan Rabu (29/1/2020).
Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Maret menguat 0,30 poin ke level US$59,81 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Harga minyak mentah patokan global berhasil naik menyusul eskalasi potensi konflik di Timur Tengah.
Dilansir Bloomberg, Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa stok minyak mentah Amerika naik 3,55 juta barel, lebih dari yang diperkirakan para analis. Sementara itu, pasokan bensin mencapai rekor tertinggi.
Kenaikan tersebut membayangi ketegangan yang meningkat di Timur Tengah setelah serangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco di Jazan oleh pemberontak Houthi yang memicu kenaikan harga singkat.
"Overhang pasokan sangat terlihat di pasar," kata Ian Nieboer, direktur pelaksana di RS Energy Group, seperti dikutip Bloomberg.
Investor juga menimbang kekhawatiran permintaan karena China, konsumen minyak terbesar dunia, mencoba menahan wabah coronavirus. Kasus yang dikonfirmasi telah melonjak hingga lebih dari 6.000 orang, melebihi jumlah resmi infeksi di negara itu selama epidemi SARS.
Peningkatan tersebut mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengadakan pertemuan pada hari Kamis untuk mempertimbangkan peringatan skala global.
“Meskipun dampak jangka panjang dari coronvirus tidak jelas, pasar tetap dibebani oleh ketakutan akan penurunan permintaan," kata Ellen Wald, presiden direktur Transversal Consulting.