Bisnis.com, JAKARTA – Emiten batu bara PT Toba Bara Sejahtra Tbk. mengalokasikan belanja modal sebesar US$160 juta pada 2020, yang sebagian besar dianggarkan untuk penyelesaian dua proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap.
Direktur Keuangan Toba Bara Sejahtra Pandu Sjahrir mengatakan tahun ini, perseroan telah mencadangkan dana belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$160 juta. Menurutnya, sebagian besar dana itu akan diserap oleh proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang masih dalam tahap pembangunan.
“Dana itu mayoritasnya akan digunakan untuk pembangunan kedua PLTU perseroan yang masih dalam tahap konstruksi, yaitu PLTU Sulbagut-1 di Gorontalo dan PLTU Sulut-3 di Sulawesi Utara (Sulut),” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (23/1/2020).
Total kepemilikan saham perseroan di kedua PLTU mencapai 80 persen dan 90 persen. Emiten berkode saham TOBA itu menggandeng Shanghai Electric Power Construction Ltd. untuk proyek di Gorontalo dan Sinohydro Corp. Ltd. di Sulut.
Masing-masing proyek memiliki kapasitas sebesar 120 MW. Emiten berkode saham TOBA itu pun telah menandatangani perjanjian jual beli listrik yang berakhir pada 2046.
Pandu mengklaim perseroan mendapatkan harga jual yang menarik.
Baca Juga
“Untuk tarif, kami mengikuti tarif sesuai ketentuan yang berlaku,” tuturnya.
TOBA menargetkan PLTU Sulbagut-1 dapat memulai Commercial Operation Date (COD) pada kuartal IV/2020. TOBA berharap proyek tersebut dapat berkontribusi 25-30 persen terhadap EBITDA perseroan.
Sebagai informasi, pada kuartal III/2019, EBITDA TOBA tercatat sebesar US$54 juta atau turun 32,41 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya, yang mencapai US$79,9 juta.
Pada November 2019, perseroan sudah menyelesaikan 95 persen Instalasi Boiler Steel Structure, 70 persen Jetty batu bara, dan 70 persen Earthworks and Foundation Works.
Sementara itu, untuk proyek PLTU Sulut-3, COD ditargetkan berlangsung pada kuartal II/2021. Adapun nilai proyek ini mencapai US$209 juta.
Selain kedua proyek di Sulawesi, melalui anak usahanya, TOBA juga menguasai 100 persen saham BHP yang merupakan pemegang 5 persen saham di PT Paiton Energy. Paiton Energy merupakan Independent Power Producer (IPP) terbesar di Indonesia, yang memiliki dan mengoperasikan tiga pembangkit listrik tenaga batu bara di Kompleks Paiton Power di Jawa Timur.
Paiton Energy memberikan 2.045 MW tenaga listrik kepada PT PLN (Persero) dan menyumbang sekitar 10 persen konsumsi listrik tahunan di Pulau Jawa.
Pada tahun lalu, TOBA sudah menggelontorkan dana sebesar US$120 juta yang berasal dari kas internal untuk proyek di Jawa Timur, Gorontalo, dan Sulut.
Pandu menyatakan wilayah Indonesia Timur akan membutuhkan banyak pasokan listrik karena pemerintah berencana mengembangkan kawasan tersebut. Dia pun mengungkapkan dalam waktu dekat perseroan akan meluncurkan proyek pembangkit anyar.
“Kami memang sudah ada rencana untuk pembangunan proyek pembangkit anyar di kawasan Indonesia Timur, dalam waktu dekat pasti kami akan informasikan,” ucap Pandu.
Pada perdagangan Kamis (23/1) hingga pukul 14.35 WIB, saham TOBA diperdagangkan di level Rp358 per saham atau turun 2,72 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya, yang sebesar Rp368 per saham. Berdasarkan data Bloomberg, Price Earning Ratio (PER) TOBA adalah 6,27 kali dengan rasio Price-to-Book Value (PBV) 1,04 kali.