Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan PT Toba Bara Sejahtra Tbk. menargetkan kontribusi segmen kelistrikan dapat mencapai 50%.
Direktur Toba Bara Sejahtra Pandu Sjahrir mengatakan perseroan akan mengubah fokus bisnis dari penambangan dan perdagangan batu bara menjadi penyedia listrik dalam beberapa tahun mendatang. Menurutnya, perseroan akan fokus pada pengembangan penghiliran ke depannya.
Dia menambahkan TOBA mengalihkan fokus utama dari bisnis batu bara menjadi kelistrikan karena lebih menjanjikan pertumbuhannya.
“Pendapatan kami dari segmen kelistrikan baru US$116 juta, kontribusinya baru 32% dari total pendapatan [US$355,11 juta per kuartal III/2019]. Tahun depan kontribusi itu akan bertambah kurang lebih jadi 50:50 dengan segmen batu bara,” katanya pada paparan publik di Jakarta Rabu (4/12/2019).
Menurutnya segmen kelistrikan akan dapat berkontribusi besar sebab ada satu pembangkit yang akan mulai beroperasi di kuartal III/2020. Proyek itu dikelola oleh anak usaha PT Gorontalo Listrik Perdana dengan kepemilikan perseroan mencapai 80% dan sisanya adalah Shanghai Electric Construction.
Pembangkit itu memiliki kapasitas 2x50 MW di Gorontalo dengan nilai proyek mencapai US$224 juta. Emiten berkode saham TOBA itu sudah menjalin perjanjian jual beli tenaga listrik sampai dengan 2045. Sejauh ini perseroan sedang dalam tahap engineering, procurement dan construction (EPC). Rencananya proses engineering akan selesai pada Desember 2019.
Selain itu, TOBA juga akan mengoperasikan pembangkit listrik di Sulawesi Utara melalui anak usaha PT Minahasa Cahaya Lestari dengan kapasitas mencapai 2x50MW. Proyek ini memakan dana sebesar US$209 juta dengan target operasi pada kuartal II/2021.
Menurut Pandu ketika keduanya beroperasi, mayoritas pendapatan TOBA akan didorong oleh segmen kelistrikan. Adapun pada saat ini, pendapatan segmen itu datang dari pembangkit Paiton Unit P3 dan P7/8 di Jawa Timur.
Namun, Toba hanya sebagai pemilik minoritas dengan 5% kepemilikan dari 2.045MW atau setara dengan 102,3MW. Pada tahun ini TOBA, lanjutnya, sudah menggelontorkan dana sebesar US$120 juta yang berasal dari kas internal untuk proyek di Jawa Timur, Gorontalo dan Sulawesi Utara.
“Untuk tahun depan dana yang kami keluarkan untuk kedua proyek itu tidak akan jauh berbeda,” katanya.
Pandu mengatakan wilayah Indonesia Timur akan membutuhkan banyak pasokan listrik karena pemerintah berencana mengembangkan kawasan tersebut. Dia pun mengungkapkan dalam waktu dekat perseroan akan meluncurkan proyek pembangkit anyar.
“Kami memang sudah ada rencana untuk pembangunan proyek pembangkit anyar di kawasan Indonesia Timur, dalam waktu dekat pasti kami akan infokan,” katanya.