Bisnis.com, JAKARTA - Irak menghentikan pekerjaan di ladang minyak untuk sementara pada Minggu (19/1/2020). Di sisi lain, pasokan dari lokasi produksi kedua juga ikut terancam akibat kerusuhan yang meluas di negara Timur Tengah itu.
Mengutip Bloomberg, pengunjuk rasa memblokir akses ke bidang Al Ahdab, ladang minyak yang dikembangkan CNPC China, sehingga menyebabkan penghentian produksi sementara. Adapun, ladang minyak Al Ahdab menghasilkan sekitar 70.000 barel minyak per hari.
Selain itu, ladang minyak Badra pun terancam ditutup pada pekan ini. Ladang minyak Badra yang pemegang sahamnya termasuk Gazprom Neft Rusia, memiliki output sekitar 50.000 barel per hari.
Sebelumnya, aksi unjuk rasa di Irak juga menyebabkan penghentian aktivitas produksi singkat di ladang dan kilang Nasiriya pada Desember 2019.
Adapun, pemberhentian produksi sementara Irak mengancam gangguan pasokan minyak global mengingat Irak merupakan salah satu produsen terbesar OPEC. Irak memompa sekitar 4,65 juta barel per hari minyak mentah pada Desember, menempatkannya di urutan kedua di belakang Arab Saudi di antara anggota OPEC.
Sebagai informasi, sekitar 600 orang telah tewas dan ribuan lainnya terluka dalam bentrokan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa sejak 1 Oktober. Warga Irak, yang sebagian besar dari populasi mayoritas Syiah, memprotes korupsi pemerintah, layanan yang buruk, dan menyerukan sebuah langkah perbaikan.
Di sisi lain, para pengunjuk rasa juga menutup Badrat Mehran dan perlintasan perbatasan al-Sheib dengan Iran sebagai bagian dari demonstrasi yang semakin intensif terhadap pemerintah Irak dan pengaruh Iran di negara itu.
Setidaknya 30 pengunjuk rasa luka-luka pada aksi unjuk rasa Minggu (19/1/2020) dan beberapa kritis, ketika polisi menggunakan granat gas air mata di Baghdad.