Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan harga batubara acuan (HBA) ke level US$65,93 per ton disebut akan berdampak minor terhadap laju saham emiten produsen komoditas emas hitam itu.
Analis Teknikal Royal Inevestium Sekuritas Wijen Pontus mengatakan kebijakan pemerintah menurunkan HBA pada awal tahun 2020 tidak akan berpengaruh besar pada saham-saham emas hitam itu.
Seperti diberitakan Bisnis, HBA untuk Januari 2020 ditetapkan di level US$65,93 per ton atau turun 0,55% dibandingkan dengan HBA Desember 2019 senilai US$66,3 per ton.
Penurunan HBA pada awal 2020 didorong oleh penurunan kinerja impor batu bara oleh negara-negara konsumen, terutama di kawasan Asia seperti China, India, Jepang, dan Korea Selatan.
“Efek penurunan HBA bagi saham batu bara akan minor karena dalam 2 hari terakhir saja harga saham batu bara terus menanjak naik,” katanya kepada Bisnis pada Selasa (7/1/2020).
Wijen mengatakan penurunan itu bersifat sementara saja sehingga tidak bisa dikatakan sebagai sentimen negatif.
Baca Juga
Di sisi lain, saham batu bara berpotensi meningkat seiring naiknya harga minyak. Di bursa berjangka komoditas, pada perdagangan Selasa (7/1/2020) hingga pukul 18.11 WIB, harga minyak berjangka jenis WTI untuk kontrak Februari 2020 di bursa Nymex bergerak melemah 0,65% menjadi US$62,86 per barel.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Maret 2020 di bursa ICE bergerak melemah 0,74% menjadi US$68,4 per barel.
Menurutnya, saham batu bara berkemungkinan terkerek naik dalam jangka menengah menyusul memanasnya hubungan Iran dengan Amerika Serikat.
Dia merekomendasikan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) sebagai pilihan utama. Menurut Wijen, kedua perseroan berpeluang naik ke posisi Rp1.700 per saham dan Rp2.850 per saham.
“Secara teknikal harusnya uptrend untuk jangka menengah jadi penurunan HBA tidak akan berpengaruh,” ungkapnya.
Head of Capital Market Research PT Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan saham batubara berpeluang naik berkat meningkatnya harga minyak dunia. Namun, peningkatan hanya bersifat sementara.
“Secara industri sepertinya harga batubara akan cenderung stagnan tahun ini jadi akan memengaruhi kinerja perseroan,” ungkapnya.
Wawan merekomendasikan saham ADRO dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) sebagai pilihan utama dengan target harga masing-masing Rp1.600 per saham dan Rp12.800 per saham.
“Keduanya memiliki histori rasio pembagian dividen yang besar. Jadi tinggal menunggu laporan keuangan kuartal IV/2019, saham pasti langsung diburu,” ujarnya.
Pada akhir perdagangan Selasa (7/1/2020), indeks saham pertambangan ditutup naik 0,75%. Sejak awal tahun, indeks Jakmine mengemas penguatan 1,43%.
Sementara itu, saham ADRO dan ITMG ditutup di teritori positif pada hari ini. ADRO menguat 75 poin atau 5,12% ke level Rp1.540 per saham dan ITMG naik 100 poin atau 0,85% ke level Rp11.900 per saham.
Di sisi lain, saham PTBA turun 20 poin atau 0,73% ke level Rp2.710 per saham pada akhir perdagangan hari ini.