Bisnis.com, JAKARTA – PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 81% secara tahunan sepanjang periode 9 bulan tahun ini. Laba yang tertekan disebabkan volume penjualan dan harga jual rata-rata yang lebih rendah.
Direktur Chandra Asri Suryandi menyampaikan kinerja kuartal III memang agak berat karena turnaround maintenance (TAM) terjadwal selama Agustus-September 2019. Dengan dilakukannya TAM selama hampir 2 bulan itu, otomatis kegiatan operasional mesin berkurang yang berdampak pada volume penjualan yang lebih rendah.
Volume penjualan turun dari 1.619 KTA per kuartal III/2018 menjadi 1.394 KTA per kuartal III/2019. Meski begitu, TAM dilakukan lebih cepat dari jadwal yang sudah direncanakan, yakni dari 55 hari menjadi 51 hari.
TAM terjadwal setiap 4 tahun. Tujuannya, agar kapasitas pabrik dapat lebih diandalkan dan terjamin. Dengan kata lain, pengoperasian pabrik dapat berjalan lebih baik dan tingkat utilisasi di atas 90%.
“Selama Agustus-September 2019 ada TAM yang sangat berpengaruh ke bottom line, karena waktu operasi pabrik berkurang. Sehingga kuartal III agak berat,” katanya dalam paparan mengenai kinerja per kuartal III/2019 pada Senin (23/12/2019).
Sebagai informasi, perusahaan petrokimia tersebut melaporkan pendapatan bersih senilai US$1,39 miliar per 30 September 2019, turun 29,28% secara tahunan. Sementara itu, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$31,46 juta atau turun 81,48% secara tahunan.
Baca Juga
Faktor lain yang juga menekan laba bersih yakni margin petrokimia yang lebih rendah. Harga jual rata-rata, terutama ethylene dan polyethylene, terealisasi lebih rendah pada tahun ini.
Harga ethylene turun dari US$828 per metrik ton pada kuartal II/2019 menjadi US$804 per metrik ton pada kuartal III/2019. Ini didorong oleh menurunnya permintaan derivatif di tengah sentimen bearish pada ketersediaan spot yang cukup, lebih banyak pasokan dari cracker China yang mulai beroperasi, sementara permintaan dari China terganggu karena peringatan polusi di China Utara.
Harga polyethylene turun menjadi US$1.020 per metrik ton pada kuartal III/2019. Harga polyethylene yang lebih lemah didorong oleh permintaan yang lamban untuk produk jadi hilir di Asia Tenggara, menurunnya pasar impor China akibat lemahnya perdagangan di tengah perang dagang AS-China.
“Margin industri petrokimia turun karena suply lebih banyak daripada demand atau belum seimbang. Tapi ke depan akan terjadi keseimbangan lagi sehingga membuat margin industri petrokimia lebih baik,” imbuhnya.