Bisnis.com, JAKARTA – Harga tembaga London masih stabil di atas US$6.200 per ton di perdagangan Asia pada Jumat (20/12/2019), menuju kenaikan mingguan kelima beruntun mereka, dipicu oleh aura positif negosiasi dagang AS-China, serta prospek permintaan yang membaik di konsumen top China.
Dikutip dari Reuters, Jumat (20/12) logam yang banyak digunakan dalam konstruksi dan listrik ada di jalur untuk menguat 1,4 persen minggu ini dan naik 4,2 persen sepanjang tahun ini.
Harga tembaga di London Metal Exchange ditutup menguat 0,66 persen atau 40,50 poin ke level US$6.215 per ton, Kamis (19/12/2019), tertinggi sejak 3 Mei lalu.
Adapun kontrak tembaga Februari yang paling banyak diperdagangkan di Shanghai naik 0,6 persen menjadi 49,330 yuan (US$7.038,70) per ton.
Kementerian perdagangan China menyatakan, negaranya dan Amerika Serikat tengah menjalin komunikasi untuk penandatanganan perjanjian perdagangan fase satu.
Kesepakatan itu nantinya akan membuat lebih rendah tarif AS untuk barang-barang China dan pembelian China lebih tinggi untuk pertanian, energi, dan manufaktur AS.
Baca Juga
Sementara itu, pada Selasa (17/12) Biro Statistik Nasional melaporkan, produksi tembaga halus China naik 19,6 persen tahun ke tahun ke rekor tertinggi bulanan 909.000 ton pada November.
China mempertahankan suku bunga pinjaman pada Jumat, seperti yang diharapkan, setelah bank sentral mempertahankan biaya pinjaman pinjaman jangka menengah stabil awal bulan ini.
Dalam perkembangan lain, harga aluminium Shanghai naik untuk yang keempat hari berturut-turut, sebanyak 0,6 persen menjadi 14.245 yuan per ton, tertinggi sejak 16 September, karena persediaan rendah meningkatkan pasokan. Aluminium LME naik sebanyak 0,4 persen menjadi US$ 1,804.50 per ton, tertinggi sejak 11 November.
Aluminium Corp of China Ltd, dikenal sebagai Chalco, mengatakan pada Kamis (19/12) akan membayar 1,29 miliar yuan (US$183 juta) untuk 10 persen saham di produsen aluminium regional Yunnan Aluminium melalui penawaran saham.