Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Sawit India Amblas, Ini Nih Penyebabnya

Solven Extractors Association (SEA) dalam keterangan tertulsinya seperti dikutip dari Reuters, Senin (16/12/2019), menyatakan, impor sawit New Delhi pada November mencapai 671.863 ton turun sekitar 3% dari November tahun lalu. Hasil itu juga menjadi yang terendah sejak Juli 2018.
Pekerja Indonesia Abdul Rahim Gani membawa buah kelapa sawit di Felda Bukit Cerakah di kabupaten Klang di luar Kuala Lumpur, 16 April 2014./ REUTERS - Samsul Said
Pekerja Indonesia Abdul Rahim Gani membawa buah kelapa sawit di Felda Bukit Cerakah di kabupaten Klang di luar Kuala Lumpur, 16 April 2014./ REUTERS - Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA – Impor minyak kelapa sawit India jatuh 3 persen pada November dari tahun sebelumnya ke level terendah 17 bulan, karena pengolah mengurangi pembelian dari Malaysia. Mereka khawatir atas kenaikan pajak impor.

Solven Extractors Association (SEA) dalam keterangan tertulsinya seperti dikutip dari Reuters, Senin (16/12/2019), menyatakan, impor sawit New Delhi pada November mencapai 671.863 ton turun sekitar 3 persen dari November tahun lalu. Hasil itu juga menjadi yang terendah sejak Juli 2018.

Sementara itu, India telah mengimpor sebanyak 778.568 ton sawit pada Oktober 2019.

India, importir minyak nabati terbesar di dunia, membeli minyak kelapa sawit terutama dari Indonesia dan Malaysia. Impor minyak kedelai dari Argentina dan Brazil dan minyak bunga matahari dari Ukraina dan Rusia.

Perusahaan penyulingan India hampir menghentikan pembelian minyak kelapa sawit untuk pengiriman November dari Malaysia pada Oktober, khawatir New Delhi dapat menaikkan pajak impor atau memberlakukan tindakan lain untuk mengekang impor setelah Kuala Lumpur mengkritik New Delhi atas tindakannya di Kashmir.

New Delhi terutama mengimpor minyak sawit olahan dari Malaysia dan minyak sawit mentah dari Indonesia.

“Impor minyak kedelai India pada November turun 19 persen dari tahun lalu menjadi 164.750 ton, sementara impor minyak bunga matahari melonjak 59 persen menjadi 263.311 ton,” kata SEA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper