Bisnis.com, JAKARTA – Thailand telah menetapkan target jangka panjang untuk mengurangi perkebunan karet dan menggenjot pemanfaatan lokal dan ekspor.
Dalam pernyataan pemerintah Thailand seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (4/12/2019), perkebunan karet di negara itu akan dikurangi sebanyak 21 persen menjadi 2,94 juta hektare pada 2036 dari 3,72 hektare pada 2016.
Sementara itu, pemanfaatan karet lokal diperkirakan tumbuh 35 persen dari 13,6 persen untuk saat ini. Adapun ekspor produk karet akan meningkat menjadi 800 miliar baht atau US$26,4 triliun per tahun dari 250 baht pada saat ini.
Thailand merupakan produsen utama karet dunia. Berdasarkan laporan Thailand Board of Investment, produksi karet Negeri Gajah Putih menyumbang hampir 36 persen dari keseluruhan produksi karet dunia pada 2017. Data Thai Rubber Association menunjukkan produksi karet Negeri Gajah Putih mencapai 4,84 juta ton pada tahun lalu.
Dari perdagangan berjangka, harga karet alam di Tokyo Commodity Exchange ditutup melemah 0,3 poin di posisi 189,0 yen per kilogram, Rabu (3/12/2019).
Jiong Gu, analis di Yutaka Shoji mengatakan, harga karet mengalami reli cukup kuat dalam dua bulan terakhir karena harganya yang rendah. Namun sekarang tampaknya sudah mulai kehabisan tenaga.
Baca Juga
“Saya perkirakan para investor memperbaiki posisi mereka sebelum 15 Desember saat tarif tambahan AS untuk impor China mulai berlaku,” katanya dilansir dari Reuters, Kamis (4/12/2019).
Amerika Serikat siap untuk mengenakan tarif 15 persen tambahan untuk sekitar US$156 miliar produk China pada 15 Desember.
Sementara itu, Jepang, salah satu importir karet alam global, dikabarkan sedang mempersiapkan paket stimulus ekonomi senilai US$120 miliar untuk mendukung pertumbuhan yang rapuh.