Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Paladium Swiss Naik ke Level Tertinggi 5 Tahun

Paladium telah menjadi salah satu komoditas terpanas selama beberapa tahun terakhir, akibat permintaan yang meningkat di tengah pasokan yang semakin menipis setidaknya sejak 2012.
Paladium batangan disimpan di salah satu pabrik milik Krastsvetmet, di Krasnoyarsk, Rusia, Selasa (9/4/2019)./Reuters-Ilya Naymushin
Paladium batangan disimpan di salah satu pabrik milik Krastsvetmet, di Krasnoyarsk, Rusia, Selasa (9/4/2019)./Reuters-Ilya Naymushin

Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor paladium dari Swiss, pusat pemurnian logam mulia kawasan Eropa, naik ke level tertingginya dalam 5 tahun terakhir seiring dengan permintaan paladium dari Hong Kong melonjak tajam.

Berdasarkan data bea cukai Swiss, pengiriman paladium berhasil naik tiga kali lipat menjadi 5,4 ton pada Oktober, tertinggi sejak Mei 2014. Lebih dari 60% logam yang digunakan sebagai bahan autokatalis kendaraan tersebut dikirim ke Hong Kong dan menjadi volume ekspor tertinggi ke negara tersebut dalam lebih dari satu dekade.

Adapun, paladium telah menjadi salah satu komoditas terpanas selama beberapa tahun terakhir, akibat permintaan yang meningkat di tengah pasokan yang semakin menipis setidaknya sejak 2012.

Sepanjang tahun berjalan 2019, harga paladium telah naik lebih dari 40% karena kebijakan pengaturan emisi karbon kendaraan yang lebih ketat di berbagai negara terutama Eropa dan China sehingga memperketat pasokan dan meningkatkan permintaan, meskipun penjualan mobil di beberapa negara melambat.

Sebagai informasi, Eropa telah mengurangi target emisi pada 2020, 2025, dan 2030 yang akan diikuti oleh beberapa negara lain. Morgan Stanley baru-baru ini juga menyatakan bahwa mulai 2020 di China, setiap kendaraan perlu mengandung sekitar 30% lebih banyak paladium, platinum, dan rhodium.

Oleh karena itu, hal tersebut telah mendorong China untuk meningkatkan impor, termasuk melalui Hong Kong.

Akibat sentimen tersebut, pada Oktober lalu paladium sempat bergerak menembus level US$1.800 per troy ounce untuk pertama kalinya dalam sejarah. Namun, berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (20/11/2019) hingga pukul 16.30 WIB, harga paladium bergerak melemah tipis 0,05% di level US$1.765,95 per troy ounce.

Senior Market Strategist RJO Futures Phil Streible mengatakan bahwa paladium wajar mengalami penurunan akibat aksi ambil untung investor setelah harga menyentuh level tertingginya. Adapun, paladium telah terdepresiasi sebesar 8% sejak menyentuh level US$1.800 per troy ounce.

“Namun demikian, investor harus tetap berhati-hati karena paladium memiliki level support yang kuat seiring dengan demand yang diproyeksi tumbuh semakin baik sepanjang 2020 mendatang,” ujar Phil seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (20/11/2019).

Proyeksi tersebut pun searah dengan proyeksi milik MMC Norilsk Nickel PJSC dari Rusia, penambang logam terbesar dunia, yang mengatakan bahwa permintaan paladium global terlihat meningkat 4% pada tahun depan dibandingkan dengan permintaan 2019 yang hanya naik 1%.

Bahkan, Norilsk mengatakan bahwa defisit pasokan paladium bisa lebih besar pada 2020 di tengah pemulihan pasar otomotif dan pengetatan kebijakan emisi karbon mulai berlaku.

Di sisi lain, Phil juga mengatakan bahwa paladium juga dibayangi pasokan yang terkontraksi akibat beberapa masalah buruh di tambang Afrika Selatan dan Rusia, produsen paladium terbesar di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper