Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman Sachs Sebut Seng Berisiko Turun ke Level Terendah Sejak 2016

Pada perdagangan Senin (18/11/2019) hingga pukul 15.21 WIB, seng di bursa London melanjutkan pelemahannya dengan bergerak turun 0,69% menjadi US$2.369,75 per ton.
Seng dross, yang digunakan dalam produksi baja galvanis, terlihat di sebuah workshop pengolahan baja milik Novolipetsk di Lipetsk, Rusia, Rabu (30/1/2014)./Reuters-Andrey Kuzmin
Seng dross, yang digunakan dalam produksi baja galvanis, terlihat di sebuah workshop pengolahan baja milik Novolipetsk di Lipetsk, Rusia, Rabu (30/1/2014)./Reuters-Andrey Kuzmin

Bisnis.com, JAKARTA - Goldman Sachs Group Inc. memperingatkan bahwa seng berisiko turun ke level harga terendah sejak 2016 seiring dengan proyeksi kelebihan pasokan yang siap menghantam pasar.

Mengutip riset teranyar Goldman Sach Group Inc, pasar seng global telah berayun ke kondisi surplus sepanjang paruh kedua tahun ini seiring dengan meningkatnya produksi seng di China sehingga membuat harga bergerak dalam tekanan.

“Masih, pasar tetap dalam keterbelakangan, suatu kondisi di mana kontrak spot diperdagangkan di atas berjangka dengan kurun waktu yang cukup lama. Fenomena itu umumnya menandakan pasokan yang ketat tetapi kemungkinan akan memudar seiring surplus melebar,” tulis Goldman Sachs dalam risetnya seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (18/11/2019).

Perusahaan keuangan tersebut memperkirakan seng dapat jatuh ke level US$1.850 per ton pada tahun depan seiring dengan kelebihan pasokan.

Berdasarkan data Biro Statistik Nasional China, output seng China naik 8,3% menjadi 548.000 ton pada Oktober dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, merupakan yang terbesar sejak Desember 2017.

Goldman juga menyebutkan bahwa ekspansi pasokan yang cukup kuat tersebut tidak sejalan dengan gambaran permintaan yang terus mengecewakan akibat perlambatan ekonomi global.

Sementara itu, persediaan seng yang dilacak oleh London Metal Exchange telah turun lebih dari setengah tahun ini menjadi 52.550 metrik ton pada perdagangan Jumat (15/11/2019).

Goldman mengatakan bahwa hal tersebut kontras dengan pasokan di gudang luar bursa yang telah meningkat setelah penurunan harga sehingga membuat para produsen enggan untuk menjual.

Adapun, seng mengalami kinerja mingguan terlemahnya dalam 3 bulan terakhir, yaitu terkoreksi 4% akibat ketidakpastian negosiasi dagang AS dan China.

Pada perdagangan Senin (18/11/2019) hingga pukul 15.21 WIB, seng di bursa London melanjutkan pelemahannya dengan bergerak turun 0,69% menjadi US$2.369,75 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper