Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Margin Emiten Rokok Melebar Walau Jualan Turun

Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2019, mayoritas laba bersih emiten rokok tetap bertumbuh, kendati penjualan bersihnya terkoreksi secara tahunan.
Penjual melayani pembeli rokok di Jakarta, Rabu (19/9/2018)./ANTARA-Muhammad Adimaja
Penjual melayani pembeli rokok di Jakarta, Rabu (19/9/2018)./ANTARA-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas margin laba bersih emiten rokok melebar sepanjang periode 9 bulan pertama tahun ini, seiring dengan strategi emiten meningkatkan harga jual.

Seluruh emiten produsen rokok telah merilis kinerja keuangan per kuartal III/2019. Hanya emiten produsen tembakau iris, PT Indonesian Tobacco Tbk. yang belum merilis laporan kinerja keuangannya.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2019, mayoritas laba bersih emiten rokok tetap bertumbuh, kendati penjualan bersihnya terkoreksi secara tahunan.

PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) memimpin perolehan laba bersih sebesar Rp10,20 triliun atau naik 5,26% secara tahunan, meski penjualan bersih turun 0,04% secara tahunan. Dengan begitu, margin laba bersih HMSP naik menjadi 13,16% per kuartal III/2019, dari 12,5% per kuartal III/2018.

PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) mengantongi pertumbuhan laba bersih 25,73% menjadi Rp7,24 triliun, seiring dengan penjualan bersih yang naik 16,93% menjadi Rp81,72 triliun. Margin laba bersih GGRM melebar menjadi 8,86% per kuartal III/2019, dari 8,24% per kuartal III/2018.

Untuk pertama kalinya, PT Bentoel Internasional Investama Tbk. (RMBA) berhasil membukukan laba bersih Rp11,25 miliar per kuartal III/2019, setelah merugi sejak 2012. Sebaliknya, laba bersih PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) anjlok 50,77% dalam sepanjang periode 9 bulan ini.

Kepala Riset Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe mengatakan margin laba bersih yang melebar menunjukkan strategi emiten meningkatkan harga jual dan melakukan efisiensi terbukti berhasil mendorong kinerja. Apalagi, tidak ada kenaikan tarif cukai hasil tembakau pada tahun ini.

Namun, pemerintah telah menetapkan tarif CHT yang baru dan bakal berlaku mulai 1 Januari 2019. Kiswoyo mengatakan produsen cenderung melakukan pass on kenaikan cukai kepada konsumen.

“Pasar tembakau sudah segitu-gitu saja. Sehingga margin labanya didorong kenaikan harga jual dan efisiensi,” katanya pada Minggu (3/11/2019).

Kenaikan cukai tersebut yang memukul saham GGRM yang terkoreksi 35,84% dan HMSP 43,40% sepanjang tahun berjalan. Sebaliknya, saham RMBA menguat 8,97% dan WIIM 28,37% secara year to date. Sementara saham ITIC telah naik 506,82% sejak IPO pada 4 Juli 2019.

Dari saham emiten rokok, HMSP menjadi favorit analis. “Saya kira [saham HMSP] bisa kembali ke harga wajarnya Rp3.500 hingga tahun depan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper