Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia berfluktuasi pada perdagangan hari ini, Jumat (25/10/2019), karena investor menunggu pertemuan kebijakan utama bank sentral minggu depan di tengah tanda-tanda perlambatan pertumbuhan global.
Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau menguathanya 0,05 persen, berfluktuasi sejak awal perdagangan. Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 terpantau menguat masing-masing 0,29 persen dan 0,22 persen.
Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 ditutup menguat 0,48 persen dan 0,67 persen, sedangkan indeks Hang Seng melemah 0,36 persen.
Dilansir Reuters, fluktuasi pasar saham hari ini datang dengan latar belakang pertumbuhan global yang terus-menerus melambat.
Sebuah jajak pendapat Reuters kepada para ekonom menunjukkan bahwa kebanyakan orang berpikir penurunan yang lebih tajam dalam pertumbuhan global lebih mungkin terjadi daripada pemulihan yang disinkronkan, terlepas dari kebijakan pelonggaran moneter bank sentral.
Dalam pertemuan terakhirnya sebagai presiden Bank Sentral Eropa, Mario Draghi tidak mengubah kebijakan dan proyeksi ECB, tetapi menyarankan penggantinya untuk tidak pernah menyerah dalam menopang ekonomi zona euro dalam menghadapi prospek yang memburuk.
Fokus utama bagi investor adalah pertemuan kebijakan Federal Reserve pekan depan. Bank sentral AS tersebut hampir pasti menurunkan suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini.
"Ini bukan tentang rencana pemangkasan the Fed, ini lebih mengenai sinyal laju dan besarnya pemotongan suku bunga," kata Kay Van-Petersen, analis makro global di Saxo Bank, seperti dikutip Reuters.
“Investor juga akan menantikan sejumlah data ekonomi yang akan mengikuti keputusan the Fed, katanya.
Bank of Japan juga akan mengadakan pertemuan dua hari yang berakhir pada 31 Oktober. Keputusannya dinantikan investor, meskipun sumber mengatakan kepada Reuters bahwa BOJ condong ke arah menjaga kebijakan moneter.
Investor tetap berhati-hati meskipun keuntungan aset berisiko dalam beberapa pekan terakhir didukung oleh kemajuan nyata dalam negosiasi Brexit dan pembicaraan perdagangan China-AS.
"Secara keseluruhan, kami menyimpulkan bahwa kami belum memasuki fase 'risk on’ baru dari perspektif tren yang lebih luas," kata George Davis, kepala analis teknis di RBC Dominion Securities.