Bisnis.com, JAKARTA—Volatilitas pasar saham yang kian meningkat belakangan ini membuat para invsetor mengambil posisi aman dengan menempatkan alokasi investasi reksa dana lewat reksa dana pasar uang.
Total dana kelolaan reksa dana pasar uang pun terpantau naik paling tinggi pada September dibandingkan dengan posisi pada Januari tahun ini.
Berdasarkan data Infovesta Utama, total dana kelolaan reksa dana yang memiliki profil investasi konservatif ini tercatat naik 14,01% menjadi Rp63,05 triliun pada September dari posisi Rp53,30 triliun pada Januari.
Pada waktu bersamaan, kenaikan total dana kelolaan juga terjadi pada produk reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana terproteksi masing-masing 2,38%, 4,70%, dan 8,68%.
Di sisi lain, hanya dana kelolaan reksa dana saham yang menyusut sebesar 4,41% menjadi Rp143,61 triliun dari posisi sebelumnya Rp150,24 triliun.
Baca Juga
Sumber: Infovesta Utama
Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama, menjelaskan bahwa di sepanjang tahun ini memang investor tampak mengambil sikatp berhati-hati dengan menambah investasi pada produk reksa dana pasar uang.
“Sudah terlihat tahun ini karena dana kelolaan pasar uang naik signifikan, terakhit di Rp60 triliunan 38,72% sendiri [dari posisi akhir 2018],” kata Wawan kepada Bisnis, Jumat (11/10/2019).
Wawan menambahkan bahwa kenaikan tersebut membuktikan bahwa ketika pasar saham berisiko maka investor yang tidak nyaman dengan volatilitas dan kemungkinan rugi cenderung menempatkan dana investasinya ke reksa dana pasar uang.
Apabila diperhatikan, dana kelolaan produk reksa dana pasar uang memang lebih banyak keluar-masuk ketimbang produk reksa dana lainnya. Namun, hal itu dinilai wajar karena produk ini memiliki likuiditas paling tinggi sehingga tepat dijadikan oleh investor untuk memarkirkan dananya sambil menanti volatilitas di pasar sedikit mereda.
Lebih lanjut, Wawan menambahkan, kenaikan yang lebih besar kedua terjadi di produk reksa dana terproteksi. Menurutnya, hal ini ditopang oleh ramainya penerbitan reksa dana terproteksi dan beraset dasar obligasi oleh para fund manager sejak awal tahun.
Wawan pun memperkirakan volatilitas tinggi di pasar saham belum akan berakhir menjelang penutupan tahun ini.
Menurutnya, risiko pasar masih akan berasal dari perkembangan perang dagang AS—China yang mana pada tahun depan bisa semakin “heboh” karena Negeri Paman Sam bakal menggelar Pemilu.
“Ada deal pun menurut saya nanti panas lagi karena Presiden Trump akan menghadapi Pemilu AS, pasti banyak hoax dan lainnya dan berefek kepada volatilitas ke market,” jelas Wawan.
5 Produk Reksa Dana Pasar Uang dengan Return Tertinggi YoY | |
---|---|
Produk | Kinerja year-on-year (%) |
PNM Puas | 166,47 |
Emco Pasar Uang Berkembang | 13,47 |
Asanusa Treasury Money Fund | 7,75 |
Sucorinvest Sharia Money Market Fund | 7,64 |
Insight Retail Cash Fund | 7,27 |
Sumber: Infovesta Utama.
Kendati demikian, tak menutup kemungkinan bahwa segala perkembangan perang dagang maupun Pemilu AS bisa lancar. Hal itu pun dapat menjadi angin segar ke pasar keuangan di dunia, termasuk Indonesia yang secara fundamental pada tahun depan dapat lebih baik dari 2019.
Dengan demikian, Wawan masih merekomendasikan kepada investor untuk melakukan diversifikasi portofolio dengan skala 5:3:2, yaitu 50% alokasi investasi ditempatkan di reksa dana pendapatan tetap, 30% pada reksa dana saham, dan sisanya 20% pada reksa dana pasar uang.
“Karema kita tidak bisa membuang saham juga kalau berbicara portofolio ya. Karena pasti saham ada naiknya juga,” imbuh Wawan.
Infovesta Utama pun memperkirakan kinerja produk reksa dana pasar uang bakal menyentuh 4,5% pada akhir 2019 dengan asumsi Bank Indonesia bakal menurunkan suku bunga sekali lagi.
Adapun target tersebut telah diturunkan dari sebelumnya sebesar 5% karena pertimbangan suku bunga acuan dari Bank Indonesia diturunkan sehingga menurunkan bunga aset pasar uang.