Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilarmas Sekuritas : Pergerakan Obligasi Tertahan Lelang Sun Esok Hari

Dalam risetnya, Senin (7/10/2019), Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan saat ini, pergerakan pasar obligasi berada di titik resisten.
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Pilarmas Investindo Sekuritas memprediksi pasar obligasi akan menguat terbatas pada Senin (7/10/2019), tertahan oleh lelang Surat Utang Negara (SUN) yang bakal digelar esok hari.
 
Dalam risetnya, Senin (7/10), Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan saat ini, pergerakan pasar obligasi berada di titik resisten. Apabila fase ini terlewati, maka pasar obligasi akan berada di zona hijau. 
 
Sayangnya, pada hari ini, penguatan diperkirakan terbatas karena lelang SUN yang akan digelar pada Selasa (8/10).

Menurutnya, pasar obligasi kerap mengalami penurunan harga menjelang lelang. Tujuannya, agar pelaku pasar bisa meminta imbal hasil yang lebih tinggi karena penurunan harga di pasar obligasi akan memicu kenaikan imbal hasil. 
 
"Kenaikan imbal hasil ini biasanya digunakan pasar pelaku pasar dan investor untuk meminta imbal hasil yang lebih tinggi," ujar Nico.

Selain lelang SUN, masih ada beberapa sentimen lain yang diproyeksi berpengaruh terhadap pergerakan pasar. Pertama, Gubernur The Fed Jerome Powell mencanangkan target untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja di AS dan menyinggung tentang keinginan agar inflasi mencapai 2 persen. 
 
Kendati tak memberikan sinyal untuk menurunkan kembali suku bunga acuan, pelaku pasar berekspektasi bahwa pemangkasan suku bunga acuan bakal dilakukan The Fed pada pengujung bulan ini. 
 
Kedua, memanasnya hubungan AS-Korea Utara akibat tak ada kesepakatan baru yang dicapai. AS-Korea Utara tak bisa mencapai kesepakatan pada pertemuan di Swedia tentang penggunaan nuklir.
 
Pertemuan tersebut merupakan pertemuan pertama sejak pembicaraan yang digelar pada Juni 2019. Nihilnya kesepakatan kali ini juga mengulang pertemuan pada pertemuan pertama pada awal 2019, di Vietnam. 
 
Atas proyeksi tersebut, Nico merekomendasikan investor untuk wait and see sambil menanti pergerakan sebesar 45 basis poin (bps) dari titik resisten. Pergerakan di level ini dinilai akan menunjukkan penguatan di pasar yang bisa dimanfaatkan oleh investor.
 
"Kami merekomendasikan wait and see hari ini. Pergerakan pasar yang melebihi 45 bps yang didukung terlewatinya titik resistensi akan mendorong harga obligasi untuk mengalami penguatan," terangnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper