Bisnis.com, JAKARTA — PT Acset Indonusa Tbk. masih berupaya mengejar kontrak baru hingga akhir tahun. Salah satu proyek yang dibidik perseroan adalah pembangunan jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) III.
Hingga September ini, nilai kontrak baru yang dikantongi emiten dengan kode saham ACST tersebut sebesar Rp1,67 triliun. Sebelumnya, hingga akhir 2019 perseroan menargetkan nilai kontrak baru sebesar Rp15 triliun.
Direktur Utama Acset Indonusa Jeffrey Gunadi Chandrawijaya mengatakan target akhir tahun bisa saja meleset apabila perseroan tidak mendapatkan proyek tersebut. Saat ini, tender proyek senilai Rp22,5 triliun tersebut mundur dari perkiraan semula.
“[Akhir tahun] tergantung proses tender, masih mundur terus terutama yang besar, JORR elevated itu yang paling besar. Target bisa meleset kalau enggak dapat,” ujarnya di Bursa Efek Indonesia, Jumat (27/9/2019).
Menurutnya, proses tender tersebut berjalan lama karena masalah desain dan juga kajian keamanan serta bagaimana tidak terlalu mengganggu lalu lintas ketika proses pembangunan.
Sementara itu, nilai kontrak baru ACST tahun ini didominasi oleh dua proyek pembangkit listrik strategis, yaitu pekerjaan sipil Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Jawa 1 dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Soma Karimun (2x25 megawatt) di Riau.
Baca Juga
Beberapa perolehan kontrak baru lainnya pada 2019 meliputi pondasi run-off pond PLTU Batang, pondasi Skysuites Mega Kuningan, dan pondasi Jakarta International College. Perseroan juga mendapatkan kontrak baru pengerjaan apartemen Arumaya milik Astra Properti senilai Rp230 miliar.
Dari sisi arus kas, ACST masih memiliki Rp6 triliun yang akan didapat setelah pengerjaan Jalan Tol Jakarta—Cikampek Elevated selesai. Direktur Acset Indonusa Djoko Prabowo menyatakan saat ini pembangunan telah mencapai 97% dan secara fisik, semestinya telah selesai pada November 2019.
Pembayaran proyek Rp6 triliun tersebut akan dicairkan sebulan setelah serah terima. “Harapannya November selesai dan sekarang sudah 97%, tinggal yang kecil-kecil aja tetapi durasinya bisa panjang,” katanya.
Sepanjang paruh pertama tahun ini, ACST membukukan pendapatan senilai Rp1,55 triliun atau turun 7% dari periode yang sama tahun lalu. Pendapatan perseroan didominasi oleh sektor infrastruktur sebesar 71%, konstruksi sebesar 13%, pondasi sebesar 8%, dan sektor lainnya sebesar 8%.
Anak usaha PT United Tractors Tbk. ini membukukan rugi bersih senilai Rp404 miliar yang disebabkan oleh keterlambatan penyelesaian beberapa proyek CPF dan struktur. Keterlambatan ini menimbulkan peningkatan biaya pendanaan, biaya overhead, dan tambahan biaya percepatan penyelesaian proyek.
ACST juga mengalami penyesuaian nilai pekerjaan yang berimbas pada penurunan pendapatan dan laba dari proyek berjalan.