Bisnis.com, JAKARTA - Produk semen PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. berubah nama seusai perubahan pengendali pada awal 2019 lalu.
Dalam informasi yang disampaikan perseroan, Jumat (27/9/2019), pada awal tahun ini terjadi perubahan pengendali Solusi Bangun Indonesia, dari LafargeHolcim Group menjadi Semen Indonesia Group. Dengan demikian, perseroan perlu melakukan perubahan merek Holcim untuk produknya.
"Sehubungan dengan hal tersebut, maka produk semen perseroan yang semula bermerek Holcim, diubah menjadi Dynamix," tulis manajemen dalam keterbukaan informasi, Jumat (27/9/2019).
Perubahan merek semen Solusi Bangun Indonesia tersebut tidak berdampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perseroan.
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., mengambil alih 80,6% kepemilikan saham PT Holcim Indonesia Tbk. Melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 11 Februari 2019, nama PT Holcim Indonesia Tbk. berubah menjadi PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) Tbk.
Holcim Indonesia merupakan perusahaan semen terbesar ketiga di Indonesia, memiliki 4 pabrik semen dengan kapasitas 14,8 juta ton per tahun dan 30 fasilitas ready-mix.
Baca Juga
Hingga Agustus 2019, penjualan semen Solusi Bangun Indonesia di pasar domestik turun 2,64% secara tahunan. Perseroan berharap penjualan pada akhir tahun setidaknya sama dengan capaian tahun lalu.
Berdasarkan data yang dirilis di situs Semen Indonesia, penjualan semen SBI, yang merupakan bagian dari Semen Indonesia Group, tercatat sebesar 6,33 juta ton selama 8 bulan tahun ini. Sementara, pada periode yang sama pada tahun lalu, penjualan emiten dengan ticker SMCB ini sebesar 6,5 juta ton.
Jika dibandingkan dengan data industri penurunan pada periode tersebut berada di level yang tidak jauh beda, di mana secara total serapan semen dalam negeri sebesar 42,03 juta ton atau turun 2,26% secara tahunan.
Direktur Solusi Bangun Indonesia Agung Wiharto mengatakan meskipun secara industri permintaan domestik turun, kinerja penjualan hampir sama dengan industri sehingga pangsa pasar tetap terjaga di kisaran 15,05%.
“Upaya kami memang menjaga pangsa pasar di tengah kompetisi dan oversupply yang masih terjadi. Alhamdulillah, apa yang kami terapkan berjalan baik,” ujarnya.