Bisnis.com, JAKARTA – PT Barito Pacific Tbk. akan tetap fokus mengembangkan bisnis di sektor petrokimia dan energi. Untuk itu, emiten bersandi saham BRPT ini membentuk joint venture atau usaha patungan untuk mengelola aset-aset kehutanan berupa tanah dan pabrik plywood yang dimiliki perseroan.
Sebagai informasi, PT Barito Wanabinar Indonesia (BWI), entitas anak PT Barito Pacific Tbk. dengan kepemilikan saham 99,99 persen, telah menandatangani perjanjian penyetoran saham dan perjanjian pemegang saham dengan PT Sumber Graha Sejahtera (SGS), pada 16 September 2019.
SGS merupakan merupakan salah satu entitas anak dari Samko Timber Limited (Singapura) yang bergerak di bidang pengolahan kayu lapis.
Perjanjian dengan SGS tersebut baru akan berlaku efektif setelah Samko memperoleh persetujuan dari SGX-ST, Singapura dan rapat umum pemegang saham Samko.
Jika perjanjian dengan SGS menjadi berlaku dan dilaksanakan, maka SGS akan melakukan penyertaan saham di dalam PT Sumber Graha Maluku (SGM). SGM merupakan entitas anak BWI dengan kepemilikan saham 99,99 persen.
Penyertaan saham oleh SGS dilakukan dengan cara mengambil alih bagian seluruh saham baru yang akan dikeluarkan oleh SGM. Seluruh hasil yang diperoleh dari penerbitan saham baru tersebut akan dipergunakan oleh SGM untuk melaksanakan kegiatan usaha SGM dan entitas anak di bawah SGM.
Setelah SGS masuk menjadi pemegang saham di dalam SGM, maka kepemilikan saham BWI di dalam SGM yang semula 99,99 persen akan terdilusi menjadi sebesar 49 persen, sedangkan sisanya sebesar 51 persen akan dimiliki oleh SGS.
Berdasarkan laporan di Bursa Singapura, jumlah investasi SGS dalam penyertaan saham tersebut senilai US$20,68 juta atau sekitar Rp294,61 miliar dengan kurs Rp14.245.
Investor Relation Barito Pacific Allan Alcazar mengatakan, rencana kerjasama ini bertujuan untuk memanfaatkan aset-aset kehutanan yang sudah lama tidak beroperasi. Aset-aset kehutanan berupa tanah dan pabrik plywood milik perseroan. Perseroan bekerjasama dengan pihak ketiga pemodal untuk mengelola dan mengoperasikan aset-aset kehutanan tersebut.
Dia mengatakan, perseroan fokus dalam mengembangkan bisnis di sektor petrokimia dan energi. Untuk itu, aset hutan tanaman industri yang dimiliki perseroan akan dikelola dalam usaha patungan dengan perusahaan asal Singapura tersebut.
“Aset HTI yang dimiliki perseroan akan dikelola dalam JV dengan perusahaan asal Singapura tersebut. Dan perusahaan Singapura tersebut mengambil porsi mayoritas,” katanya pada Kamis (19/9/2019).
Dalam laporan keuangan per 31 Maret 2019, perseroan memiliki anak maupun cucu usaha di pengusahaan hutan dan industri pengolahan kayu, serta hutan tanaman industri.
Di pengusahaan hutan dan industri pengolahan kayu, perseroan memiliki anak usaha yakni PT Tunggal Agathis Indah Wood Industries dan PT Mangole Timber Producers dengan kepemilikan langsung masing-masing 99,99 persen, serta PT Barito Kencana Mahardika dengan kepemilikan langsung 51 persen.
Adapun, di bisnis hutan tanaman industri, perseroan memiliki cucu usaha yakni PT Kirana Cakrawala dan PT Kalpika Wanatama dengan kepemilikan tidak langsung masing-masing 60 persen, serta anak usaha PT Rimba Equator Permai dengan kepemilikan langsung 100 persen.
Lantas, apakah perseroan perlahan bakal melepas sejumlah perusahaan yang bergerak di bisnis kehutanan maupun pengolahan kayu? "Sampai saat ini, belum ada keputusan mengenai itu. Yang pasti Barito akan fokus di bisnis intinya," imbuhnya.