Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa kompak bergerak negatif bersama indeks futures Amerika Serikat (AS) pada perdagangan siang ini, Selasa (17/9/2019), saat investor mencermati dampak dari serangan drone terhadap salah satu fasilitas minyak terbesar dunia, Aramco di Arab Saudi.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 dan indeks futures S&P 500 sama-sama turun 0,2 persen pada pukul 8.16 pagi waktu London (pukul 14.16 WIB).
Pada saat yang sama, indeks Shanghai Composite China merosot 1,7 persen dan indeks FTSE 100 Inggris melandai 0,1 persen.
Sementara itu, indeks MSCI All-Country World, yang melacak pergerakan saham di 47 negara turun 0,1 persen dan indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang melemah 0,76 persen, berdasarkan data Reuters.
Seperti diberitakan, pada Sabtu (14/9/2019), fasilitas minyak milik raksasa minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, terbakar setelah diserang drone. Serangan drone tersebut berdampak pada dua pabrik Aramco, yakni di Abqaiq dan Khurais, serta mendongkrak harga minyak melonjak.
Dilansir dari Bloomberg, Saudi Aramco kini menghadapi beberapa pekan atau bulan sebelum mayoritas output dipulihkan di pabrik pengolahan raksasa Abqaiq pascaserangan tersebut. Hal ini serta merta menambahkan beban baru bagi ekonomi global.
Perkembangan tersebut di Timur Tengah menguji sentimen pasar setelah awal yang bullish bulan ini untuk ekuitas global dan aset berisiko lainnya. Pemimpin tertinggi Iran menyatakan negara Republik Islam ini tidak akan bernegosiasi dengan AS di manapun dan tingkat apapun.
Peristiwa tersebut juga membayangi kekhawatiran investor tentang memanasnya perang dagang AS-China. Tim negosiator perdagangan AS dan China dikabarkan akan memulai kembali pembicaraan, menjelang pertemuan para pejabat tinggi pemerintah masing-masing pihak pada awal Oktober.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump mengatakan AS dan Jepang telah mencapai kesepakatan perdagangan awal mengenai tarif.
“Hal utama yang harus dipikirkan adalah apakah kita memiliki kejutan soal minyak ataupun gangguan jangka pendek?” ujar Virginie Maisonneuve, chief investment officer di Eastspring Investments, dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television.
“Anda melihat sikap wait and see, dan itulah mengapa pasar sangat gugup,” tambahnya.
Di China, pejabat pemerintah melemahkan nilai referensi harian yuan dengan besaran paling banyak dalam tiga pekan. Sementara itu, Bank Sentral China (PBOC) mempertahankan suku bunga satu tahun pada pinjaman jangka menengah stabil pada hari ini.
Baik indeks Shanghai dan indeks blue-chip China turun 1,7 persen setelah PBOC mempertahankan suku bunga utamanya itu terlepas dari bukti baru-baru ini atas tekanan lebih lanjut terhadap ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Sebelumnya, pada Senin (16/9), Biro Statistik National (NBS) melaporkan produksi industri China naik 4,4 persen pada Agustus 2019 dari tahun sebelumnya, lebih rendah dari estimasi median untuk peningkatan 5,2 persen serta raihan 4,8 persen pada Juli.
Angka produksi industri itu adalah yang terendah secara bulanan sejak 2002, meskipun data gabungan Januari-Februari 2019 dilaporkan lebih rendah. China diketahui menggabungkan beberapa statistik karena liburan Tahun Baru Imlek.
Sementara itu, penjualan ritel pada Agustus meningkat 7,5 persen dibandingkan dengan proyeksi kenaikan sebesar 7,9 persen dan lebih rendah dari 7,6 persen pada Juli.
Adapun investasi aset tetap melambat menjadi 5,5 persen sepanjang delapan bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi kenaikan 5,7 persen.
“Menyusul serangkaian data ekonomi yang lemah dari China pada Senin, pasar sangat berharap agar PBOC menjadi lebih akomodatif,” ujar Stephen Innes, Asia Pacific Market Strategist di AxiTrader.
Pasar selanjutnya menantikan pertemuan kebijakan moneter bank sentral AS Federal Reserve pertengahan pekan ini. The Fed diantisipasi akan memangkas suku bunga acuannya dalam merespons perlambatan ekonomi global dan inflasi yang rendah.