Bisnis.com, JAKARTA--PT XL Axiata Tbk. (EXCL) menargetkan laba bersih bisa makin solid di akhir tahun dengan investasi, promosi dan pembangunan infrastruktur yang masif.
Direktur Keuangan EXCL Mohamed Adlan bin Ahmad Tajudin mengatakan dengan strategi tersebut, pada akhir tahun perseroan bisa menggandakan laba bersih yang dicapai pada semester I/2019. Seperti diketahui, EXCL mencatatkan laba bersih Rp282,4 miliar dari kerugian yang diderita pada periode yang sama tahun lalu.
Hal itu ditunjang dengan proyeksi pertumbuhan pengguna ponsel pintar dan ekspansi jaringan 4G.
"Kami bisa [realisasikan pertumbuhan laba di semester II/2019] lebih dari double dari yang bisa kami realisasikan di paruh pertama," katanya.
Dikutip dari laporan keuangan perseroan, kinerja EXCL sepanjang paruh pertama 2019 cukup positif pascapenerapan kebijakan registrasi kartu SIM prabayar. Selain positif dari sisi laba bersih, perseroan pun membukukan pertumbuhan pendapatan lebih besar pada tahun ini. Pada semester I/2019, EXCL meraup pendapatan sebesar Rp12,26 triliun atau tumbuh 10,95% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni Rp11,05 triliun.
Pertumbuhan yang direalisasikan pada periode ini lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan yang dicapai pada semester I/2018 terhadap semester I/2017 sebesar 1,1%.
Di sisi lain, perseroan meraup EBITDA sebesar Rp4,75 triliun pada semester I/2019 atau naik 19% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 yakni Rp3,99 triliun. Pertumbuhan EBITDA yang direalisasikan pada periode ini pun lebih besar dari capaian pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 2%.
Di sisi lain, dia juga menyebut kebutuhan belanja modal di semester II/2019 akan dipenuhi dari internal perusahaan. Sebagai gambaran, perseroan menargetkan belanja modal sebesar Rp7,5 triliun dengan sisa Rp2,85 triliun yang akan dibelanjakan hingga akhir tahun.
“Sumber utamanya dari internal cash," katanya.
Presiden Direktur&CEO EXCL, Dian Siswarini menegaskan tiga strategi pada semester II/2019, yakni penguatan infrastruktur jaringan, strategi pemasaran dengan dua merek yakni XL dan AXIS dan memasang peranti data analytic untuk memaksimumkan pengalaman pengguna serta mendorong pendapatan perpelanggan (average revenue per user/ARPU).
Dengan belanja modal Rp7,5 triliun di tahun ini, perseroan menargetkan bisa mengoperasikan 135.000 base transceiver station (BTS) dengan cakupan jaringan 95%. Selain itu, fiberisasi jaringan ditarget menyentuh 50% sehingga kecepatan internet bisa bertambah.
"Strategi kami di penguatan infrastruktur, dual brand, dan customer value management," katanya
Dia menilai strategi tersebut bakal memperkokoh perseroan di tengah persaingan industri telekomunikasi yang akan semakin ketat.
Menurutnya, persaingan yang ketat disebabkan oleh banyaknya pemain di industri. Selain itu, seluruh operator mencoba memperbaiki kinerja keuangan pascaditerpa badai pada tahun lalu yakni penerapan kebijakan registrasi kartu SIM prabayar.
Dia menyebut Telkomsel, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) semakin agresif mengembangkan dompet digital Linkaja dan bisnis internet segalanya (internet of things/IoT). Selain itu, PT Indosat Ooredoo Tbk. (ISAT) berupaya keras mengejar kinerja keuangan dan menawarkan paket unlimited.
Sisanya, Hutchison Tri masih fokus pada harga data murah dan ekspansi jaringannya. Lalu, Smartfren yang mempertahankan paket unlimited dan saluran distribusi yang kuat.
"Kompetisi selalu ketat. Semester II/2019 lebih ketat lagi," kata Dian
Analis JP Morgan, Ranjan Sharma mengatakan dalam risetnya yakni kinerja perseroan pada semester I/2019 cukup solid melebihi ekspektasi. Oleh karena itu, pihaknya meningkatkan estimasi pendapatan pada tahun 2019 sebesar 2% hingga 4%, estimasi pertumbuhan EBITDA pun dinaikkan sebesar 3% hingga 5%.
Dengan proyeksi konsumsi data yang semakin kuat, upaya melakukan fiberisasi jaringan dan kinerja pada semester I/2019, dia memperkirakan perseroan bakal membukukan pendapatan Rp25,38 triliun dari semula Rp24,87 triliun. Lalu, untuk proyeksi EBITDA, perseroan bakal membukukan Rp9,83 triliun atau lebih tinggi dari estimasi sebelumnya yakni Rp9,52 triliun. Dengan demikian, pihaknya merevisi target harga ke Rp3.900.
“Dengan pertumbuhan kuat pada kuartal II/2019, kami menaikkan estimasi tahun 2019/2020 sebesar 2% sampai 4%, EBITDA estimasinya naik 3% hingga 5%,” katanya.