Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan bursa saham Eropa berakhir melemah pada perdagangan Selasa (3/9/2019), menyusul rilis data manufaktur Amerika Serikat (AS) yang menambah kekhawatiran tentang pertumbuhan global.
Sementara itu, ketidakpastian tentang perpisahan Inggris dari Uni Eropa (Brexit) tanpa kesepakatan membuat indeks FTSE 100 meluncur ke posisi lebih rendah setelah mampu mencatat reli empat hari perdagangan berturut-turut.
Berdasarkan data Reuters, indeks Stoxx 600 Eropa ditutup turun 0,2 persen setelah sempat melemah 0,7 persen pascarilis data yang menunjukkan kontraksi aktivitas manufaktur AS, untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, pada bulan Agustus.
Data terbaru Institute for Supply Management (ISM) menjadi bukti nyata dari dampak perang dagang AS-China terhadap pertumbuhan global, sehingga turut menyeret aset-aset berisiko seperti minyak dan saham global turun.
Kawasan Eropa sendiri sudah terbebani persoalan Brexit setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Senin (2/9/2019) secara implisit memperingatkan anggota parlemen untuk mendukungnya soal Brexit atau menghadapi pemilu dini.
Aliansi anggota parlemen oposisi dan penentang di Partai Konservatif yang dihuni Johnson pun memulai upaya berhenti untuk menghalangi Brexit tanpa kesepakatan.
Baca Juga
Saham-saham mid-cap London, yang secara tradisional lebih terpukul oleh kekhawatiran Brexit, ditutup turun 0,1 persen sedangkan indeks blue-chip turun 0,2 melemah karena nilai tukar pound sterling rebound.
“Kemungkinan pemilihan umum baru saja terangkat mengingat fakta bahwa mereka tidak lagi memiliki mayoritas parlemen," ujar Will James, direktur investasi senior untuk ekuitas Eropa di Aberdeen Standard Investments, London.
"Jika kita melihat berlanjutnya periode penguatan sterling, saya kira nama-nama dalam FTSE 250 yang berfokus di dalam negeri akan mengungguli,” tambahnya.
Meski berakhir di zona merah, pelemahan bursa saham sebagian terkikis setelah Reuters melaporkan bahwa para pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) condong ke arah paket stimulus yang mencakup penurunan suku bunga, menurut sumber terkait.
ECB berjanji untuk mengumumkan lebih banyak stimulus setelah pertemuannya pada 12 September untuk mendukung ekonomi zona euro yang melambat, akibat terdampak eskalasi perang perdagangan AS-China.
Setelah kedua negara besar itu saling mengenakan tarif pada barang impor masing-masing, pejabat pemerintah Washington dan Beijing berupaya keras menjadwalkan pertemuan bulan ini untuk memperbarui perundingan perdagangan, seperti dilaporkan Bloomberg pada Senin (2/9).
Meningkatnya kekhawatiran mendorong investor untuk beralih dari ekuitas ke aset-aset safe haven seperti obligasi pemerintah, sehingga imbal hasil obligasi 10 tahun Jerman dan Italia mencapai rekor terendah.
Bursa saham di Jerman dan Perancis yang sensitif pada isu perdagangan pun masing-masing turun sekitar 0,4 persen, sementara saham yang terdaftar di Milan ditutup turun 0,3 persen.