Bisnis.com, JAKARTA –Jepang mendatangkan kargo gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari China pada Juli lalu untuk pertama kalinya, menyusul sejumlah pembangkit listrik di negara tersebut mencoba mencari pemasok baru.
Pengiriman tersebut menggambarkan peningkatan fleksibilitas pasar LNG Asia. China telah menjadi pembeli LNG terbesar kedua di dunia di tengah lonjakan penggunaan gas domestik. Namun, negara itu juga telah mulai mengekspor kembali gas mereka di tengah meredanya konsumsi gas musim panas.
Untuk pembeli Jepang, pembelian kargo LNG dari China merupakan usaha untuk mengurangi biaya bahan bakar mereka.
Dikutip dari Reuters, Selasa (3/8), menurut sumber yang akrab dengan masalah tersebut, kargo yang memuat LNG 70.560 ton telah dikapalkan dari Terminal LNG Hainan, yang dioperasikan oleh China National Offshore Oil Corp, menuju Chita dekat Nagoya. Di sana terdapat terminal LNG yang dioperasikan Toho Gas dan JERA.
Menurut data Kementerian Keuangan Jepang, LNG dalam kargo tersebut senilai US$5,68 per juta British thermal unit (mmBtu), di bawah biaya impor rata-rata Jepang, US$9,50 per mmBtu untuk LNG selama Juli.
Pencarian melalui statistik perdagangan resmi Jepang menunjukkan bahwa pengiriman itu merupakan kargo LNG pertama dari China sejak 1988, ketika pemerintah Jepang mulai menerbitkan angka-angka impor dan ekspor.
Baca Juga
Harga untuk spot LNG di Asia telah merosot mendekati rekor terendah dalam beberapa pekan terakhir, karena gelombang pasokan baru dari Amerika Serikat dan Australia masuk ke pasar.
Penurunan harga pasar spot untuk gas alam cair (LNG) mendorong perusahaan pembangkit listrik di Jepang untuk lebih agresif dalam meninjau harga yang dibangun dalam kontrak tradisional jangka panjang terkait dengan harga minyak.
Mereka juga membeli lebih banyak LNG di pasar spot sebagai bagian dari perubahan pendekatan ini. Perusahaan pembangkit listrik Jepang sebelumnya lebih menyukai stabilitas pasokan daripada harga, sebagian karena mereka dapat meneruskan biaya kepada konsumen.
Seiring dengan suhu musim panas yang memuncak, perusahaan listrik Jepang juga telah bergegas untuk mengisi stok bahan bakar yang akan digunakan untuk menghasilkan daya untuk pendingin udara.