Bisnis.com, JAKARTA — Pemindahan ibu kota negara baru dinilai dapat membuka peluang pasar baru. Pasalnya, pemindahan itu akan diikuti oleh beberapa elemen masyarakat. Lalu bagaimana emiten ritel menyikapi peluang itu?
Keputusan pemindahan ibu kota negara baru ke Kalimantan Timur masih ditanggapi dingin oleh sebagian emiten ritel. Pasalnya, pemerataan ekonomi yang digadang-gadang pemerintah di daerah tersebut memerlukan waktu yang tidak singkat.
Berdasarkan catatan Bisnis, terdapat tiga emiten ritel yang masih belum menentukan strategi ekspansi untuk menangkap peluang di ibu kota negara baru tersebut. Ketiganya adalah PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES), PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI), dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS).
Saat dikonfirmasi, PT Ace Hardware Indonesia Tbk. menyebut belum memiliki niatan khusus untuk melakukan ekspansi besar-besaran di kota itu.
Helen Tanzil, Sekretaris Perusahaan Ace Hardware Indonesia mengungkapkan bahwa perseroan belum memiliki rencana definitif terkait dengan pemindahan ibu kota negara baru.
Dia menilai pemindahan ibu kota negara baru merupakan hal yang positif, karena dapat menstimulasi peningkatan ekonomi dan bisnis di tempat yang baru tersebut. Di sisi lain, keputusan tersebut akan mulai efektif dalam beberapa tahun ke depan.
“Namun kami akan memonitor perkembangan dan memanfaatkan kesempatan bisnis yang ada,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (2/9/2019).
Sudah Ekspansi ke Timur
Lebih lanjut, Helen mengungkapkan bahwa ekspansi di Kalimantan Timur sebetulnya sudah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Hingga saat ini, perseroan telah memiliki 2 gerai di Balikpapan dan 3 gerai di Samarinda.
Sepanjang tahun berjalan ACES telah memiliki 187 gerai. ACES berencana membuka 20–25 gerai baru pada tahun ini dengan nilai investasi yang akan dikucurkan perseroan senilai Rp400 miilar.
“Sebagaimana pelaku usaha, kami akan selalu menangkap peluang bisnis yang ada,” pungkasnya.
Senada, PT Mitra Adiperkasa Tbk. menyebutkan bahwa perseroan masih mengkaji potensi pasar di ibu kota negara baru setelah resmi diumumkan oleh pemerintah.
Kendati demikian, Fetty Kwartati, Head of Corporate Communication Mitra Adiperkasa mengatakan bahwa pemindahan ibu kota negara tersebut telah membuka peluang baru yang bisa menjadi pilihan dari pelaku bisnis.
“Rencana ekspansi akan disesuaikan dengan potensi market yang ada,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (2/9/2019).
Dia menjelaskan bahwa hingga saat ini MAPI telah membuka bisnisnya di Samarinda, Kalimantan Timur. Bisnis yang dijalankan itu meliputi gerai olahraga, kuliner, dan departement store.
Fetty menambahkan bahwa ekspansi di Pulau Kalimantan sedang berjalan setiap tahunnya. Namun, dia menjelaskan bahwa kontribusi penjualan terbesar untuk perseroan masih berasal dari Pulau Jasa.
Pada semester II/2019, perseroan kembali melanjutkan ekspansi gerainya. Rencananya, pada semester II/2019, MAPI akan membangun gerai seluas 30.000 m2. Dengan demikian, target ekspansi gerai pada tahun ini dengan luas 70.000 m2 terealisasi.
Untuk ekspansi itu, pada tahun ini MAPI menggelontorkan investasi senilai Rp1 triliun. Hingga semester I/2019, anggaran tersebut telah terserap senilai Rp500 miliar.
“Ekspansi pasti memang masih berlangsung terus,” ujarnya.
Peluang Bisnis Baru
Sementara itu, Setyadi Surya, Sekretaris Perusahaan Ramayana Lestari Sentosa menilai pemindahan ibu kota negara baru ke Kalimantan Timur belum menjadi peluang bisnis baru untuk perseroan.
Menurutnya, kondisi ekonomi Indonesia yang masih belum baik hingga saat ini membuat daya beli masyarakat lemah. Untuk itu, perseroan belum memiliki rencana untuk membuka gerai di daerah tersebut.
Dari sebanyak 117 toko yang dimiliki RALS saat ini, Setyadi mengungkapkan bahwa perseroan belum memiliki satu toko pun di Kalimantan Timur. Perseroan masih fokus untuk membenahi toko-toko yang saat ini telah beroperasi.
“Karena Jakarta masih tetap akan menjadi pusat bisnis,” katanya.
Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial menilai pemindahan ibu kota baru dapat membuka peluang pasar baru bagi emiten ritel. Namun, belum mampu membuat pemerataan kontribusi penjualan untuk emiten ritel.
Menurutnya, emiten ritel masih mengandalkan penjualan di Pulau Jawa. Biaya logistik yang tinggi menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi emiten ritel untuk melakukan ekspansi di luar Pulau Jawa.
“Ini [katalis] setelah sektor properti sudah established, perumahan sudah jalan, properti komersial sudah jalan, baru akan berdampak ke emiten ritel,” ucapnya kepada Bisnis, Senin (2/9/2019).
Emiten Paling Diuntungkan
Adapun, emiten yang dinilai paling diuntungkan dengan adanya pemindahan ibu kota negara baru itu adalah RALS. Menurutnya RALS memiliki pengalaman yang paling banyak untuk meraih pasar di luar Pulau Jawa.
Sementara itu, dia mengatakan bahwa ACES turut menjadi emiten ritel yang dapat dicermati. Dengan segmen ritel perabotan rumah tangga, kinerja ACES diprediksi akan terdongkrak dengan tumbuhnya sektor properti di daerah tersebut.
“Jadi mungkin yang paling diuntungkan paling banyak RALS dan ACES,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Anugrah Mega Investama Hans Kwee menilai pemindahan ibu kota negara baru dapat membuka peluang pasar baru bagi emiten ritel. Namun katalis tersebut dinilai masih terbatas.
Menurutnya kinerja emiten ritel baru dapat terdongkrak setelah pembangunan perumahaan di daerah itu selesai. Dengan demikian, emiten ritel dapat mencermati lokasi strategis untuk melakukan ekspansinya.
“Yang demand-nya meningkat. Cuma itu di layer yang lebih lambat, layer yang lebih dulu adalah sektor properti,” katanya.