Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan saham PT Adaro Energy Tbk. menguat 65 poin atau 6,37 persen ke level Rp1.085 pada penutupan perdagangan, Jumat (23/8/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, laju saham emiten bersandi ADRO itu mengawali perdagangan, Jumat (23/8/2019), dengan menguat 35 poin ke level Rp1.055. Pergerakan produsen batu bara itu langsung melaju ke zona hijau sejak sesi pertama perdagangan.
Pada sesi kedua, ADRO melanjutkan penguatan. Pergerakan ditutup dengan mendarat di zona hijau dengan penguatan 65 poin atau 6,37 persen ke level Rp1.085.
Akan tetapi, untuk periode berjalan 2019, laju saham perseroan masih mengalami koreksi 10,70 persen. Tercatat, total kapitalisasi pasar yang dimiliki senilai Rp34,70 triliun.
Dalam laporan keuangan semester I/2019 yang baru saja dirilis, ADRO melaporkan laba bersih US$296,85 juta. Posisi itu tumbuh 51,93 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi pendapatan, emiten berkode saham ADRO itu membukukan pertumbuhan 10,24 persen secara tahunan menjadi US$1,77 miliar pada semester I/2019. Sebaliknya, beban pokok pendapatan perseroan hanya naik 8,28 persen secara tahunan menjadi US$1,21 miliar per 30 Juni 2019.
Berdasarkan catatan Bisnis, realisasi ADRO pada semester I/2019 berbanding terbalik dengan emiten produsen batu bara lainnya. Pasalnya, sebagian besar perseroan yang telah merilis kinerja sebelumnya melaporkan penurunan laba bersih.
Mayoritas produsen menyebut faktor utama penekan kinerja laba bersih yakni turunnya harga batu bara sepanjang semester I/2019. Kondisi itu juga tercermin dari pergerakan harga batu bara acuan (HBA) sampai dengan Agustus 2019.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan HBA US$72,67 per ton untuk Agustus 2019. Sepanjang tahun ini, HBA berada dalam tren penurunan.
Bahkan, pemerintah mencatat HBA Juli 2019 senilai US$71,92 per ton menjadi yang terendah dalam 2,5 tahun terakhir.