Bisnis.com, JAKARTA - Alotnya negosiasi antara Inggris dan Uni Eropa untuk mencari kesepakatan Brexit, khususnya terkait ketentuan Irish Backstop, terus membebani pergerakan pound sterling.
Perdana Menteri Inggris Borish Johnson yang memiliki pandangan hard Brexit atau keluarnya Inggris tanpa kesepakatan berusaha meyakinkan Jerman dan Prancis bahwa Uni Eropa harus melakukan kesepakatan pada menit terakhir untuk menghapus Irish Backstop dari salah satu daftar kesepakatan Brexit.
Setelah bertemu dengan PM Boris Johnson pada Rabu (21/8/2019), Kanselir Jerman Angela Merkel telah menantang Inggris untuk mencari alternatif pengganti perbatasan Irlandia atau Irish Backstop dalam waktu 30 hari.
Sebelumnya, Boris Johnson mengatakan dalam surat yang ditujukan kepada Presiden Dewan Eropa Donald Tusk, bahwa dia ingin mengganti ketentuan Irish Backstop yang menjadi bagian dari kesepakatan Brexit sebelumnya dengan sebuah komitmen yang mengikat secara hukum.
Komitmen ini menawarkan larangan pembangunan infrastruktur serta penghapusan proses pengecekan di kawasan perbatasan Irlandia Utara dengan Republik Irlandia.
Seperti yang diketahui, Johnson membuat penghapusan kebijakan Irish Backstop dari kesepakatan Brexit, yang tidak disetujui oleh Parlemen Inggris, sebagai janjinya untuk menjadi perdana menteri bulan lalu.
Baca Juga
Para pemimpin UE pun telah menunjukkan keengganannya untuk mengubah posisi mereka, tetapi Johnson cukup percaya diri bahwa Uni Eropa pada akhirnya akan melunak dan memberinya sebuah kesepakatan.
Dengan Uni Eropa yang terlihat tidak mau mengalah terkait Irish Backstop, analis mata uang MUFG Lee Hardman mengatakan bahwa Brexit tanpa kesepakatan semakin tampak terlihat kecuali ada kompromi di menit-menit terakhir dengan Uni Eropa atau terdapat perubahan pada pemerintahan Inggris.
"Sebagai hasilnya, kami terus percaya bahwa risiko untuk pound sterling condong terus bergerak ke downside,” ujar Hardman seperti dikutip dari Reuters, Kamis (22/8/2019).
Kendati demikian, beberapa analis tetap netral terhadap pound sterling sampai terdapat kejelasan tentang kesepakatan keluarnya Inggris dari Benua Biru.
"Posisi kami di pound sterling tetap netral," kata Adrian Owens, manajer portofolio di GAM Investments.
Beberapa analis lainnya menunggu mata uang untuk jatuh lebih jauh sebelum mempertimbangkan untuk membelinya kembali.
Lanjut Menurun
Sementara itu, Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan dalam risetnya bahwa akibat sentimen yang bergulir, pound sterling berpotensi untuk melanjutkan penurunannya.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (22/8/2019) hingga pukul 14.42 WIB, pound sterling bergerak menguat tipis 0,1% menjadi US$1,214 per pound sterling.
“Pasangan GBP/USD berpotensi bergerak turun menguji level support di US$1,21 per pound sterling, penembusan level support tersebut berpotensi menekan GBP/USD menguji level support selanjutnya di US$1,2080 per pound sterling dan US$1,2055 per pound sterling,” ujar Yudi seperti dikutip dari publikasi risetnya, Kamis (22/8/2019).
Adapun, Boris Johnson berencana untuk bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis (22/8/2019) di sela-sela pertemuan G7.