Bisnis.com, JAKARTA - Akumulasi imbal hasil emas dalam jangka panjang diprediksi akan terus tinggi seiring dengan banyak bank sentral telah melonggarkan kebijakan moneternya sehingga menjadi katalis positif yang akan bertahan cukup lama untuk perdagangan emas.
Pendiri Mobius Capital Partners LLP Mark Mobius mengatakan bahwa prospek jangka emas akan terus naik sehingga pembelian dalam level berapapun saat ini investor akan cenderung tetap untung.
“Saya pikir Anda harus membeli pada level apa pun, terus terang. Emas akan naik, naik, dan naik,” ujar Mark seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (21/8/2019).
Seperti yang diketahui, emas telah mencapai level tertingginya dalam 6 tahun terakhir pada bulan ini akibat prospek kebijakan moneter yang lebih akomodatif dari Federal Reserve dan bank sentral lainnya untuk mendukung pertumbuhan yang telah dipengaruhi oleh perang perdagangan yang berkepanjangan antara AS dan China.
The Fed telah memangkas suku bunga acuannya pada bulan lalu untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade dan pemerintah China telah memberikan berbagai stimulus untuk menopang pertumbuhan ekonominya.
"Saya pikir kita akan melihat suku bunga acuan yang lebih rendah di China dan di beberapa negara lain," kata Mobius.
Baca Juga
Dengan pasar obligasi AS memberi sinyal bahwa resesi mungkin akan terjadi, investor telah berkumpul di dana yang diperdagangkan di bursa yang didukung emas. Oleh karena itu, Mobius merekomendasikan investor untuk mulai mengalokasikan sekitar 10% dari portofolionya ke aset emas fisik.
Sementara itu, Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan dalam risetnya bahwa harga emas saat ini berpotensi bergerak naik seiring dengan pasar yang menanti pertemuan tahunan The Fed di Jackson Hole pada Jumat (23/8/2019).
Pidato Ketua The Fed Jerome Powell akan menjadi pusat perhatian terutama setelah inversi kurva imbal hasil obligasi AS pada pekan lalu yang dianggap sebagai sinyal resesi ekonomi AS.
“Harga emas berpotensi bergerak naik menguji level resisten di US$1.509 per troy ounce, dan penembusan level resisten tersebut berpotensi menopang kenaikan harga emas selanjutnya di US$1.512 per troy ounce dan US$1.515 per troy ounce,” ujar Yudi seperti dikutip dari publikasi risetnya, Rabu (21/8/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (21/8/2019) hingga pukul 16.15 WIB, harga emas di pasar spot bergerak melemah 0,45% menjadi US$1.500,36 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa Comex bergerak menurun 0,46% menjadi US$1.508,8 per troy ounce.
Di sisi lain, harga emas fisik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) naik Rp7.000 menjadi Rp756.000 per gram dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya sebesar Rp749.000 per gram.
Harga emas batangan Antam sempat menyentuh level tertingginya sepanjang masa di level Rp766.000 per gram pada perdagangan pekan lalu.