Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cara Satu-satunya Emiten Sawit Bertahan Adalah Efisiensi

Analis PT Panin Sekuritas Tbk. Juan Oktavianus mengatakan sejauh ini belum ada sentimen positif yang bisa mendongkrak kinerja emiten perkebunan. Maka itu dia menyarankan supaya setiap emiten mulai mengencangkan ikat pinggang.
Pekerja membongkar muatan kelapa sawit dari truk di Salak Tinggi, di luar Kuala Lumpur, Malaysia./Reuters-Samsul Said
Pekerja membongkar muatan kelapa sawit dari truk di Salak Tinggi, di luar Kuala Lumpur, Malaysia./Reuters-Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA – Efisiensi dan mengencangkan ikat pinggang dinilai menjadi upaya paling logis untuk menjaga kinerja emiten sampai harga crude palm oil (CPO) kembali membaik.

Analis PT Panin Sekuritas Tbk. Juan Oktavianus mengatakan sejauh ini belum ada sentimen positif yang bisa mendongkrak kinerja emiten perkebunan. Maka itu dia menyarankan supaya setiap emiten mulai mengencangkan ikat pinggang.

“Sebenarnya tidak ada permasalahan dari segi operasional. Masalahnya adalah harga di pasar yang cenderung turun dan itu tidak bisa dikendalikan. Jadi lebih baik berusaha efisien sambil menunggu harga CPO kembali membaik,” katanya kepada Bisnis pada Selasa (13/8).

Menurutnya penurunan harga CPO menjadi kendala utama bagi perseroan untuk menggenjot pertumbuhan. Lebih lanjut, Juan menyebut harga CPO akan kian tergerus ke level MYR2.025 per ton dari estimasi awal tahun MYR2.250 per ton.

“Kami memerkirakan harga baru mulai pulih pada 2020 didorong oleh menurunnya produksi global dan meningkatnya angka permintaan akan CPO sehingga persediaan akan turun,” katanya.

Adapun pilihan utama Panin Sekuritas, lanjutnya, adalah AALI dan LSIP.

Juan menyebut target harga untuk AALI berada di kisaran Rp9.500 per lembar. Angka tersebut merevisi target sebelumnya yakni Rp11.300 per lembar. Adapun sampai dengan penutupan Selasa (13/8) harga saham AALI tercatat tumbuh 4,24 persen atau naik ke Rp450 ke level Rp11.075 per lembar.

Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan masih ada kemungkinan harga CPO memantul kembali pada semester II/2019 seiring memanasnya perang antara China dengan Amerika Serikat.

“Ada kemungkinan CPO akan terus menguat sampai MYR2.400 per ton karena masing-masing negara saling mengancam menaikkan bea masuk atau menghentikan importasi,” katanya.

Ibrahim menyebutkan bila China terbukti berhenti mengimpor minyak kedelai dari Amerika Serikat, maka itu peluang CPO untuk mengisi kekosongan di negara tirai bambu itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper