Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Volatil, IHSG Melemah 0,53 Persen Pada Akhir Sesi I

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir dan melemah ke bawah level 6.300 pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (12/8/2019).
Karyawan melintas di depan layar pergerakan saham di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Karyawan melintas di depan layar pergerakan saham di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir dan melemah ke bawah level 6.300 pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (12/8/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,53 persen atau 33,33 poin ke level 6.248,8 pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya. 

Pada perdagangan Jumat (9/8), IHSG berakhir naik 0,12 persen atau 7,46 poin di level 6.282,13, kenaikan hari ketiga berturut-turut.

Sebelum tergelincir ke zona merah, indeks sempat melanjutkan penguatannya dengan dibuka naik 0,30 persen atau 18,54 poin di level 6.300,67 pagi tadi. Sepanjang perdagangan sesi I, IHSG bergerak di level 6.245,28 – 6.309,1.

Tujuh dari sembilan sektor menetap di zona merah, dipimpin sektor tambang (-1,18 persen) dan properti (-0,80 persen). Adapun sektor aneka industri dan infrastruktur masing-masing mampu naik 0,27 persen dan 0,03 persen.

Sebanyak 130 saham menguat, 240 saham melemah, dan 282 saham stagnan dari 652 saham yang diperdagangkan.

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) yang masing-masing turun 0,74 persen dan 1,03 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG siang ini.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya memperkirakan IHSG akan diperdagangkan mixed to lower hari ini di tengah eskalasi perdagangan AS-China.

Dipaparkan, pada perdagangan Jumat (9/8), bursa saham AS ditutup lebih rendah setelah investor mencermati perkembangan terbaru tentang tensi perdagangan AS-China. Pemerintahan Presiden Donald Trump dikabarkan akan menunda perizinan bagi perusahaan-perusahaan teknologi AS untuk memasok komponen ke Huawei.

Selain itu, Presiden Trump berkomentar bahwa negosiasi perdagangan yang direncanakan dengan China pada bulan September dapat dibatalkan.

Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah melemah 29 poin atau 0,2 persen ke level Rp14.223 per dolar AS, setelah mampu berakhir terapresiasi 19 poin atau 0,13 persen di posisi 14.194 pada Jumat (9/8).

Indeks Bisnis-27 ikut melemah 0,63 persen atau 3,51 poin ke level 550,31 dan indeks saham syariah Jakarta Islamic Index melemah 0,56 persen atau 3,81 poin ke posisi 675,47 pada akhir sesi I.

Meski demikian, indeks saham lainnya di Asia mayoritas mampu beringsut naik, dengan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing menguat 0,7 persen dan 0,96 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan menanjak 0,49 persen pukul 12.03 WIB.

Secara keseluruhan, kenaikan pasar ekuitas China dan penguatan titik tengah harian yuan yang lebih kuat dari perkiraan membantu mengangkat bursa Asia siang ini. Kendati demikian, tetap tampak kekhawatiran investor atas risiko dari perang perdagangan AS-China yang berkepanjangan.

Bank Rakyat China, People’s Bank of China (PBOC), menetapkan titik tengah harian untuk perdagangan yuan di level 7,0211 per dolar AS pada hari ini, Senin (12/8). Meski lebih lemah daripada posisi pada Jumat (9/8), titik tersebut lebih kuat dari yang diprediksi oleh pengamat pasar.

Ryan Felsman, ekonom senior di CommSec di Sydney, mengatakan ada "reaksi positif" terhadap penetapan itu hari ini, karena meyakinkan investor bahwa China tidak akan terus melemahkan mata uangnya.

“[Namun] pada saat yang sama, ketidakpastian tentang bagaimana konflik perdagangan AS-Cina akan diselesaikan berkontribusi terhadap volatilitas pasar,” tambah Felsman, dikutip dari Reuters.

Pada Jumat (9/8), Presiden Donald Trump mengatakan tidak siap untuk membuat kesepakatan dengan China. Trump bahkan meragukan tim negosiasi AS bakal mengadakan perundingan perdagangan lebih lanjut dengan China pada September mendatang.

Sementara itu, Goldman Sachs memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS, dengan memperingatkan bahwa kesepakatan perdagangan AS-China kemungkinan tidak akan terjadi sebelum pilpres AS 2020 dan bahwa risiko resesi telah meningkat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper