Bisnis.com, JAKARTA--Kendati suku bunga acuan Bank Indonesia turun pada Juli 2019, minat investor ritel terhadap instrumen obligasi negara ritel tak akan surut karena disebut lebih menguntungkan dibandingkan dengan deposito.
Analis fixed income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan investor masih mendapatkan imbal hasil yang lebih menarik bila memilih instrumen sukuk tabungan (ST) seri ST005 yang ditawarkan Pemerintah. Alasannya, investor mendapat kupon 7,4% per tahun dari instrumen bertenor 2 tahun itu.
Pada periode pertama, kupon sebesar 7,4% akan dibayar pada 10 Oktober 2019 dan 10 November 2019 berlaku kupon sebesar 7,40% per tahun. Adapun, spread dengan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 165 bps.
"Tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh ST005 sebesar 7,40% per tahun masih menarik di tengah keputusan BI untuk menurunkan suku bunga acuan," ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (8/8/2019).
Dia berujar investor masih bisa mendapat kupon 6,29% secara bersih pertahun. Hal yang sama, ujar Made tak bisa dinikmati oleh investor yang memilih instrumen deposito. Alasannya, rata-rata deposito tenor 1 tahun hanya menawarkan kupon 5,97% dengan kupon bersih sebesar 4,77%.
Menurutnya, instrumen obligasi Pemerintah khusus investor ritel masih bakal lebih menarik dibandingkan obligasi kendati terdapat peluang suku bunga acuan akan kembali turun. Investor, katanya, akan mendapat imbal hasil yang sama meskipun suku bunga acuan turun.
Baca Juga
"Dengan masih adanya peluang penurunan suku bunga acuan, maka instrumen deposito ada potensi untuk kembali turun sementara untuk ST005 masih tetap di 7,4%," katanya.
Pengamat obligasi Anup Kumar menyarankan agar investor ritel memanfaatkan momentum penawaran obligasi ritel Pemerintah karena tren penawaran kupon bakal terus menurun seiring dengan kebijakan penurunan suku bunga acuan.
"Saya melihat dan menyarankan masyarakat agar ikut berpartisipasi di tengah penurunan laju suku bunga," katanya.
Seperti diketahui, Pemerintah baru saja membuka pemesanan obligasi ritel yang ke-7 dari rencana 10 kesempatan penawaran di tahun ini. Adapun, hingga saat ini, Pemerintah telah mendapatkan Rp36,33 triliun. Sebelumnya, Pemerintah menargetkan untuk meraup Rp60 triliun hingga Rp80 triliun dari penerbitan obligasi ritel pada tahun ini.