Bisnis.com, JAKARTA—Bos baru PT Indosat Ooredoo Tbk. (ISAT) Ahmad Abdulaziz A A Al-Neama fokus mengejar ketertinggalan jangkauan jaringan 4G dibandingkan membahas konsolidasi operator.
Menurutnya, latar belakangnya dari sisi teknis menjadi modal pendorong untuk membawa emiten berkode saham ISAT itu menjadi operator unggulan di Indonesia.
Al-Neama menyebut penunjukkannya sebagai tampuk pimpinan operator berwarna kuning itu karena misi untuk mempercepat penggelaran jaringan dan meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan demikian, perseroan bisa menjadi operator yang terpercaya karena mampu memuaskan pelanggan.
Seperti diketahui, masalah konsolidasi operator kerap kali disinggung Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Konsolidasi dianggap menjadi jalan keluar perang tarif dan persaingan usaha yang kurang sehat di industri telekomunikasi.
Namun, para operator menilai perlu pengaturan lebih lanjut tentang nasib frekuensi yang telah digunakan bila nantinya konsolidasi dilakukan sehingga konsolidasi belum bisa dilakukan.
Kendati demikian, Al-Neama yang resmi menggantikan Chris Kanter sebagai direktur utama pada Kamis (1/8/2019) menegaskan fokusnya dalam menambah cakupan jaringan 4G.
Baca Juga
“Intensi kami bukan untuk konsolidasi. Intensi saya di sini untuk melakukan akselerasi jaringan, meningkatkan kualitas layanan, pengalaman pelanggan,” ujarnya dalam jumpa pers di Kantor Indosat, Jumat (2/8/2019).
Dia pun menegaskan cakupan jaringan 4G ditarget bisa menyentuh 90% dari kondisi saat ini sebesar 81%. Al-Neama berulangkali menegaskan bahwa akselerasi peningkatan kualitas jaringan menjadi sasaran utamanya. Hal yang sama pun pernah diungkapkan direktur utama terdahulu yakni Joy Wahjudi dan Chris Kanter.
ISAT sendiri memiliki masalah dengan kemampuannya membelanjakan modal. Sebagai gambaran, pada kuartal I/2019, ISAT merealisasikan belanja modal sebesar Rp2,19 triliun atau 21,9% dari target belanja modal Rp10 triliun.
Capaian ini masih belum mencerminkan percepatan bila dibandingkan dengan realisasi belanja modal perseroan pada periode yang sama tahun 2018 yakni Rp1,7 triliun atau 21,25% dari target belanja modal Rp8 triliun.
Ketersediaan dan kualitas jaringan, katanya, menjadi modal utama bila perseroan ingin memiliki kapabilitas digital.
“Dua hal yang penting, akselerasi pertumbuhan jaringan 4G dan peningkatan data experience,” katanya.
Pada perdagangan Jumat (2/8/2019) sesi II pukul 14.00, tercatat harga saham ISAT melanjutkan penurunan yang telah berlangsung sejak pembukaan pasar. Harga saham ISAT turun dari Rp3.380 menyentuh ke level Rp3.260 per saham.